EmitenNews.com - Bank Tabungan Negara (BBTN) terus bekerja sama dengan berbagai elemen. Itu dilakukan untuk membantu kelanjutan program pembangunan rumah layak huni khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Bank BTN menggandeng salah satu institusi yaitu Pondok Pesantren untuk menjaga keberlanjutan pembangunan rumah rakyat.


“Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, jumlah pondok pesantren di Indonesia mencapai 36 ribu instansi. Alumni pondok pesantren berpotensi menjadi pemain sektor perumahan rakyat,” tutur Nixon LP Napitupulu, Direktur Utama Bank BTN, kala menghadiri Pembukaan Pelatihan BTN Santri Developer di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (28/10).


Nixon mengatakan, agar para alumni pondok pesantren bisa menjadi developer andal, BTN bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama Circle mengadakan pelatihan BTN Santri Developer. Hajatan itu, sejatinya sudah berlangsung sejak edisi 2020. Saat ini, pelatihan BTN Santri Developer telah memasuki batch 3 dengan jumlah lulusan mencapai 1.116 orang.


“Tujuan BTN Santri Developer guna mengedukasi mengenai dunia bisnis properti kepada para santriwan/santriwati alumni pondok pesantren binaan Nahdlatul Ulama. Selain itu, edukasi juga merangkul peserta dari organisasi pemuda lintas agama dengan harapan dapat melahirkan entrepreneur andal bidang properti. Selanjutnya, dapat menjalin kerja sama dengan Bank BTN, baik lending maupun funding,” ucap Nixon.


Alumni BTN Santri Developer saat ini telah membentuk Asosiasi Santri Developer Nusantara (ASANU) berdiri pada 8 Februari 2022. Gebrakan pertama, beberapa alumni tergabung dalam ASANU itu, berhasil mengakuisisi sebuah perumahan di daerah Banjarnegara, dan mengembangkan perumahan tersebut. “ASANU juga berencana membuat beberapa project perumahan di daerah lain, seperti Wonosobo, Kajen, Magelang, Malang, Solo, dan rencana mengakuisisi beberapa project di Bank BTN dengan rata-rata luasan proyek sekitar 5 hektare,” tegas Nixon.


BTN terus berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat secara nasional. Sejak 1976 sampai saat ini, BTN telah menyalurkan KPR 5,2 juta unit atau senilai Rp409,03 triliun, baik melalui pembiayaan perumahan subsidi, non subsidi maupun pembiayaan perumahan syariah. Selain itu, BTN juga fokus pada penyaluran sektor informal. Selama 5 tahun terakhir, BTN telah menyalurkan 132.841 unit atau senilai Rp21,91 triliun khusus sektor informal tersebar berbagai pekerjaan.


Di antaranya, penyaluran pembiayaan perumahan kepada marbot masjid istiqlal, tukang cukur garut, guru honorer daerah Kendal, dan sektor informal lainnya. ”Sektor perumahan, terutama pada segmen perumahan sederhana memberikan dampak multiplier sangat besar kepada 185 sub-sektor pendukung perumahan, dan turut berkontribusi dalam ekosistem pengembangan perumahan,” papar Nixon.


Selain itu, sektor perumahan juga memiliki kontribusi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, menggunakan banyak produk lokal, dan melibatkan banyak pihak sehingga diharap mampu mempercepat pertumbuah ekonomi nasional. “Kontribusi sektor perumahan sangat tinggi karena sektor perumahan sangat padat modal, butuh tenaga kerja sekitar 500 ribu orang untuk setiap pembangunan 100 ribu unit rumah, dan menggunakan 90 persen bahan lokal,” bebernya.


Sementara itu, Pengasuh Ponpes Edi Mancoro, Muhammad Hanif menyampaikan, mendukung penuh program BTN. Melalui program pelatihan itu, santri diharapkan menjadi pengembang baik, berakhlak mulia, dan dapat berdampak positif bagi masyarakat. ”Kami menyambut dengan baik karena untuk meningkatkan life skill. Para santri tidak hanya dibekali ilmu agama, namun juga ilmu untuk mampu bertahan di masa mendatang, bisa survive, bisa megembangkan diri menjadi manusia lebih baik, dan tentu berdampak baik ke masyarakat," tukasnya.


Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Perhutanan Sosial NU Circle, Alip Purnomo menambahkan, program pelatihan Santri Developer tersebut akan terus dilakukan untuk sebagai langkah mengembangkan SDM santri yang mandiri, dan lebih unggul. ”Program ini tentu untuk pengembangan sumber daya manusia. Santri pada dasarnya sudah diajarkan kemandirian, nah ini kita sempurnakan dengan program berkolaborasi dengan perusahaan, berbagai partner lain dari pemerintah, dan swasta," tegasnya. (*)