EmitenNews.com - Terhitung sejak tanggal 07 Januari 2023 pukul 14:00 WIB Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Api Ijen menjadi Level II (WASPADA). Peningkatan status Gunung Api Ijen ini dapat dievaluasi kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan.


"Berdasarkan hasil evaluasi secara menyeluruh maka tingkat aktivitas Gunung Api Ijen dinaikan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung sejak tanggal 07 Januari 2023 pukul 14:00 WIB dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," papar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, di Jakarta, Sabtu (7/1).


Sehubungan dengan aktivitas Gunung Api Ijen dalam tingkat aktivitas Level II (Waspada), PVMBG Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Api Ijen dan pengunjung/wisatawan/penambang agar tidak mendekati kawah dalam radius 1.5 km dari bibir kawah dan masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang aliran Sungai Banyu Pait agar selalu waspada terhadap potensi ancaman aliran gas vulkanik yang berbahaya dan tetap memperhatikan perkembangan aktivitas Gunung Api Ijen.


Wafid memperingatkan masyarakat jika mencium bau gas sulfur atau belerang yang menyengat agar segera menggunakan masker sebagai pelindung. "Jika tercium bau gas sulfur/belerang yang menyengat/pekat, maka masyarakat agar menggunakan masker penutup alat pernapasan. Untuk jangka pendek/darurat dapat menggunakan kain basah sebagai penutup alat pernapasan (hidung/mulut)," ujar Wafid.


Gunung Api Ijen secara geografisnya berada pada koordinat 08o03,30' LS - 114o14,31' BT dan secara administratif masuk ke dalam wilayah: Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.


Erupsi Gunung Api Ijen sejak tahun 1900 berupa letusan-letusan freatik yang bersumber dari danau kawah. Erupsi freatik pada tahun 1993 menghasilkan tinggi kolom asap berwarna hitam yang mencapai ketinggian 1000 m. Pada tahun 2011 - 2012 juga mengalami peningkatan aktivitas berupa kenaikan kegempaan dan suhu air danau.


Pada tahun 2017 terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst). Pada tahun 2018 juga terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst), yaitu pada tanggal 10 Januari 2018, 19 Februari 2018 dan 21 Maret 2018 merupakan semburan gas yang cukup besar yang diikuti oleh kejadian aliran gas menyusuri lembah Sungai Banyu Pait hingga mencapai jarak lebih dari 7 km. Peningkatan kegiatan terakhir terjadi pada 17 Januari 2020, berupa kenaikkan jumlah Gempa Vulkanik Dangkal.


Berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental, terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang tandai dengan meningkatnya kejadian Gempa Hembusan dan Gempa Vulkanik Dangkal sejak bulan Juli 2022. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan pada kedalaman dangkal sebagai akibat dari aktivitas hydrothermal Gunung Api Ijen. Peningkatan tekanan tersebut menyebabkan meningkatnya kejadian hembusan di Gunung Api Ijen.


Peningkatan aktivitas di Kawah Ijen seringkali ditandai oleh perubahan warna air danau kawah dari hijau menjadi hijau keputih-putihanan, hal ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan oleh adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau. Suhu air kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan/konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau.

Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas dipermukaan air kawah akan muncul. Pengukuran suhu air danau pada tanggal 5 Januari 2023 juga menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pengukuran Bulan Desember 2022.


Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Api Ijen pada saat ini adalah adalah gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah yang berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan; dan erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah. Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan.


Beberapa kejadian peningkatan aktivitas Kawah Ijen seringkali diikuti oleh kejadian "outburst gas" atau letusan/semburan gas dari danau kawah Ijen, gas yg menyembur tersebut terutama adalah CO2. Gas CO2 ini mempunyai berat jenis yg lebih berat dari udara, sehingga CO2 yg keluar akibat letusan/semburan ini, cenderung akan mengalir menyusuri lembah seperti kejadian letusan/semburan gas di Kawah Ijen di Bulan Maret 2018.(*)