EmitenNews.com - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengaku sedang mengkhawatirkan dampak inflasi terhadap demand kredit, meski sejauh ini perseroan masih optimistis bisa menjaga pertumbuhan kredit di 2022 sekitar 8-10 persen (year-on-year).

 

Direktur BBCA, Vera Eve Lim mengemukakan, saat ini concern kami pada inflasi yang di negara-negara lain berada dalam tren naik, termasuk Indonesia," ucap Vera pada Public Expose Live 2022 di Jakarta, Rabu (14/9).

 

Namun demikian, jelas dia, hingga saat demand kredit BBCA untuk setiap sektor masih tetap bertumbuh, karena ditopang oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. "Kami akan menjaga pertumbuhan kredit sekitar 8-10 persen," tegas Vera.

 

Vera menyampaikan, pada Semester I-2022, penyaluran kredit BBCA bertumbuh 13,8 persen (y-o-y) menjadi Rp675,4 triliun, dengan pertumbuhan yang terjadi pada semua segmen. Dia mengungkapkan, permintaan kredit di sepanjang 2022 (year-to-date) relatif lebih tinggi dibanding setahun sebelumnya.

 

Pada Kuartal II-2022, portofolio kredit korporasi mampu menembus Rp300 triliun dan KPR mencapai milestone Rp100 triliun yang merupakan kali pertama dalam sejarah bisnis BBCA. Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan juga bertumbuh 21,8 persen (y-o-y) menjadi Rp169,5 triliun.

 

Vera memaparkan, dari sisi pendanaan, giro dan tabungan (CASA) meningkat 17,3 persen (y-o-y) per Juni 2022, sehingga mendorong total dana pihak ketiga (DPK) menyentuh milestone Rp1.000 triliun untuk pertama kalinya. Pencapaian ini sejalan dengan pertumbuhan volume transaksi yang meningkat 40 persen (y-o-y) mencapai 10 miliar transaksi per Semester I-2022, mayoritas dari mobile banking.

 

"Kami konsisten mengusung konsep hybrid banking dalam melayani basis nasabah yang terus bertumbuh, baik di ekosistem online maupun offline. Hal ini penting untuk memberikan kenyamanan kepada berbagai segmen nasabah, di samping tetap menjaga keandalan dan keamanan sistem kami," tutur Vera.

 

Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada tahun ini BBCA menyiapkan dana mencapai Rp5,3 triliun untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capex) dan belanja operasional (opex) di sektor teknologi informasi (IT).

 

"Dana ini untuk meningkatkan kemampuan kami di arena persaingan digital," tegasnya.