EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai  tekanan pasar dampak perang dagang berpengaruh pada minat perusahaan menggalang dana di pasar modal melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna tidak menapik jumlah emiten baru sampai dengan awal Mei 2025 terbilang turun dibanding tahun 2024 pada periode sama.

" Tapi bila dibanding dengan bursa negara tetangga bahkan bursa utama dunia lainnya tidak kalah," jelasnya.

Nyoman menambahkan, jika kita bandingkan dengan ASEAN dan Non Asean. Pertumbuhan jumlah emiten dibanding bursa ASEAN lainnya Kita ( Red- BEI) paling tinggi. Tapi non ASEAN kita sama dengan New York Stock Exchange ya,” ungkap Nyoman dikutip Jumat (9/5/2025).

Walau belum ada perusahan yang mendapatkan pernyataan pre efekti per 8 Mei 2025, tapi Nyoman mengungkapkan ada 30 perusahaan tengah menantikan lampu hijau IPO dari OJK.

“Dari jumlah dua itu ada 2 light house IPO. Satu dari sektor energi dan 1 sektor konsumer,”ungkap Nyoman.

Dalam kesempatan terpisah, Nyoman menyatakan sampaikan bahwa saat ini masih terdapat 29 Calon Perusahaan tercatat dalam antrian  pencatatan saham di Bursa. Sebagian besar dari perusahaan tersebut berada dalam kategori aset skala menengah dan besar.

“Sepanjang tahun 2025, hanya terdapat satu Calon Perusahaan Tercatat yang menunda proses penawaran umum perdana (IPO) dg alasan masih membutuhkan waktu utk melakukan penyesuaian dokumen,” ungkap dia.