EmitenNews.com - Jasa Marga (JSMR) melancarkan sejumlah aksi korporasi. Mulai menambah porsi saham Jasamarga Kunciran Cengkareng (JKC), membentuk badan usaha jalan tol Bogor Serpong Infra Selaras, dan mendivestasi saham Jasamarga Transjawa Tol (JTT). 

Pada 8 Juli 2024, perseroan menyerok 16,51 juta saham JKC. Pencaplokan 10 persen saham JKC itu, senilai Rp290 miliar. Jutaan lembar saham JKC itu, dibeli dari pemilik lawas Synergy Quest International Limited. Sumber pendanaan aksi itu dari fasilitas pinjaman perseroan. 

Dengan tambahan saham itu, posisi perseroan makin kuat, dan tidak tertandingi. Maklum, sebelum transaksi itu, perseroan telah mengemas 78,67 persen saham JKC, dan telah terkonsolidasi dalam laporan keuangan perseroan. 

Transaksi itu, diharap mengoptimalkan portofolio bisnis, dan menyeimbangkan pertumbuhan perseroan melalui kontribusi laba, dan dividen dari JKC. Selanjutnya, JKC diproyeksi terus berkontribusi positif bagi perseroan. Transaksi itu, berpotensi menambah laba kepada induk usaha perseroan hingga masa akhir konsesi.

JKC juga memiliki kemampuan keuangan cukup baik. Dengan begitu, tidak butuh cash deficiency support (CDS) untuk membiayai aktivitas operasional, dan memenuhi kewajiban kredit. Hanya, aksi itu tidak menambah pangsa pasar jalan tol beroperasi maupun jalan tol konsesi milik perseroan. Itu mengingat JKC telah beroperasi sejak Desember 2023, dan perseroan bertindak sebagai pengendali utama. 

Selanjutnya, pada 11 September 2024, perseroan mendirikan badan usaha jalan tol Bogor Serpong Infra Selaras (BSIS). Itu dilakukan bersama PT Persada Utama Infra (PUI), Adhi Karya (ADHI), dan Hutama Karya Infrastruktur (HKI). Perseroan melakukan penyertaan saham jalan tol BSIS senilai Rp4,39 miliar. Itu setara 26 persen alias 4.394 saham dari jumlah modal ditempatkan, disetor penuh jalan tol BSIS.

Sumber dana untuk penyertaan modal PT BSIS dari kas internal perseroan. Di mana, PT BSIS akan menggarap jalan tol Bogor-Serpong via Parung. Jalan Tol Bogor-Serpong diprediksi menelan investasi senilai Rp12 triliun. Bertindak sebagai pengendali PT BSIS yaitu Persada Utama Infra dengan porsi 52 persen.

Terakhir, pada 27 September 2024, perseroan melepas 6,2 miliar saham Jasamarga Tol Transjawa Tol (JTT). Divestasi 30,18 persen saham JTT itu, dijual kepada Margautama Nusantara (MUN), Metro Pacific Tollways Indonesia Services (MPTIS), dan Warrington Investment Pte, Ltd (WIPL). 

Selain itu, JTT menerbitkan 1,2 miliar saham baru kepada MPTIS. Efeknya, porsi saham saham perseroan di JTT terdilusi 3,82 persen. Aksi tersebut untuk mendanai pembangunan lima ruas jalan tol baru yang konsesinya dimiliki perseroan. Yaitu, Jakarta-Cikampek II Selatan sepanjang 62 kilometer (KM) dengan porsi kepemilikan saham 91 persen.

Lalu, Jogja-Bawen sepanjang 75,82 KM dengan porsi kepemilikan saham 60 persen. Jogja-Solo dengan panjang 96,57 KM dengan kepemilikan saham 59 persen. Kemudian, Probolinggo-Banyuwangi (I-III) sepanjang 171,50 KM dengan kepemilikan 95 persen, dan Akses Patimban 35,90 KM dengan porsi saham 57,2 persen.

Sesuai dengan struktur permodalan untuk pendanaan ruas jalan tol baru, di mana sumber dana 30 persen dari ekuitas, dan 70 persen dari utang. Menyusul investasi baru itu, tentu akan menekan rasio keuangan terutama rasio utang ke depan, dan adanya kebutuhan pemenuhan pendanaan ekuitas berupa setoran modal pemegang saham.

Oleh sebab itu, untuk menjaga rasio keuangan di level optimal, perseroan melakukan alternatif pendanaan berbasis ekuitas (equity financing) pada JTT. So, penjualan JTT tidak mengubah formula pengendalian perseroan atas JTT. Setelah transaksi itu, komposisi pemegang saham JTT menjadi sebagai berikut.

Yaitu, perseroan mengemas 14,14 miliar lembar alias 65 persen. MPTIS menggenggam 4,41 miliar helai setara 20,300 persen. WIPL memangku 2,27 miliar saham selevel 10,465 persen, dan MUN kebagian 921,3 juta eksemplar. (*)