Bencana Besar, BNPB Catat Rugi Banjir Jabodetabek Capai Rp1,69 Triliun

Evakuasi warga dalam bencana banjir Jabodetabek 2025. Dok. iNews.
EmitenNews.com - Musibah banjir yang melanda kawasan Jabodetabek menelan kerugian sosial ekonomi yang besar. Dalam catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir bandang di sejumlah daerah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, Jawa Barat (Jabodetabek) memicu kerugian lebih dari Rp1,69 triliun. Banjir Jabodetabek 2025 menjadi salah satu bencana dengan dampak ekonomi dan sosial yang besar.
Besarnya nilai kerugian tersebut berdasarkan hasil rekapitulasi yang diterima BNPB dalam rapat koordinasi tingkat menteri, membahas penanganan dan pengurangan risiko bencana banjir jangka pendek - menengah. Rapat berlangsung di Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (27/3/2025).
"Total nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana ini mencapai Rp1.699.670.076.814. Angka ini mencerminkan dampak serius terhadap infrastruktur, perekonomian, dan kehidupan masyarakat di daerah terdampak," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, di Jakarta, Kamis malam seperti dikutip dari Antara.
Dampak besar terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakat korban banjir yang melanda Jabodetabek itu, terjadi pada Minggu (2/3/2025) dan Senin (3/3/2025).
Nilai kerusakan dampak banjir yang tertinggi terjadi di Kabupaten Bekasi sebesar Rp659,1 miliar, dengan tambahan kerugian sebesar Rp20,9 miliar, sehingga total dampaknya mencapai Rp680 miliar. Untuk Kota Bekasi mengalami kerugian terbesar tanpa adanya laporan kerusakan dengan total Rp878,6 miliar.
Provinsi Jakarta, total kerusakan dan kerugian mencapai Rp1,92 miliar, kemudian Kabupaten Bogor sebesar Rp96,7 miliar, Kota Depok senilai Rp 28,8 miliar.
Lalu, meskipun tanpa laporan kerusakan fisik, Kabupaten Tangerang mencatat kerugian sebesar Rp5,06 miliar. Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan tidak melaporkan adanya kerusakan atau kerugian yang signifikan.
Kerusakan rumah serta kerugian akibat kehilangan barang dan kebutuhan dasar memberikan dampak besar bagi masyarakat terdampak. Untuk sektor perumahan paling terdampak, dengan nilai kerusakan dan kerugian mencapai Rp1.344.732.352.500.
Infrastruktur mengalami kerusakan dengan senilai Rp45,880 miliar, dan kerugian akibat gangguan akses transportasi dan fasilitas umum mencapai Rp110.117.582.000. Dengan begitu total kerugian sektor ini mencapai Rp155.997.582.000.
Sektor ekonomi juga terdampak cukup besar, dengan nilai kerusakan mencapai Rp130,275 miliar serta kerugian akibat penurunan aktivitas ekonomi senilai Rp14.188.511.000.
"Ini mencerminkan bagaimana bencana banjir tidak hanya merusak infrastruktur fisik tetapi juga menghambat roda perekonomian masyarakat," kata Abdul Muhari.
Sedangkan sektor sosial mengalami kerugian sebesar Rp36.786.198.314. Ini mencakup gangguan layanan kesehatan, pendidikan, serta peningkatan kebutuhan bantuan sosial bagi masyarakat terdampak. Bahkan, kerugian lintas sektor mencatat total kerugian sebesar Rp352.452.000.
"Istilah ini mencakup berbagai aspek, seperti dampak terhadap tata kelola pemerintahan, lingkungan, dan lainnya dalam penanganan bencana. Dengan total nilai kerusakan dan kerugian yang hampir mencapai Rp1,7 triliun, banjir Jabodetabek 2025 menjadi salah satu bencana dengan dampak ekonomi dan sosial yang besar," katanya.
BNPB berkontribusi besar dengan melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengendalikan intensitas hujan di wilayah terdampak. Juga ada bantuan berupa dana operasional serta bantuan logistik dan peralatan senilai Rp8.225.706.356 kepada pihak-pihak terkait dalam penanganan bencana. ***
Related News

Resmi Indonesia Ajukan Tempe, Teater Mak Yong dan Jaranan ke UNESCO

Open House Presiden, Selain Pejabat Warga Bisa Datang Tanpa Mendaftar

Presiden: Zakat Berperan Besar Entaskan Kemiskinan

H-4 Lebaran, Penumpang Angkutan Bus Meningkat 94 Persen

Rekayasa Lalin One Way Dimulai, Berlaku Sampai Tol Kalikangkung

Mudik Gratis Bersama BUMN, 104 Ribu Pemudik ke 200 Kota Tujuan