EmitenNews.com - Berawal dari jualan nasi kuning di pinggir jalan Kota Manado, Sulawesi Utara, Rey Maya Veronika sekarang memiliki penghasilan hingga puluhan juta dari usaha produk olahan pangan yang diberi nama “Miyuki”. Perempuan yang akrab dipanggil Maya ini telah berjualan nasi kuning sejak 1999. Saat itu, para konsumen sangat menyukai abon cakalang buatannya, dan ingin membelinya.


Tahun 2016, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemerintah Kota Manado mengadakan pelatihan UMKM. Setelah mengikuti program pelatihan tersebut ia merintis usaha dengan produk olahan abon cakalang kemasan.


“Kebetulan di tahun 2016 saya baru diajak sama teman untuk ikut pelatihan, dan saya lihat ternyata abonnya bisa dipacking. Dari pelatihan itu saya mencoba, pas jualan nasi kuning pembeli nanya ke saya ‘bisa gak beli abonnya saja, atau sambelnya saja’, saya bilang bisa, tapi saat itu belum ada packingan,” jelasnya.


Saat itu packaging abon cakalang dan sambal masih di plastik mika. Tapi setelah ikut berbagai pelatihan, Maya memutuskan membuat kemasan yang lebih layak.

 

Dapat Pinjaman Modal BRI

Seiring berjalan waktu, usaha Olahan Pangan Miyuki berkembang dan terus berinovasi mengeluarkan produk-produk baru seperti sambal roa dan sambal goreng kentang.


Perempuan berusia 42 tahun ini mengatakan, modal awal membuka usaha tahun 2016 hanya Rp3 juta. Maya mendapatkan pinjaman KUR dari BRI Rp5 juta dan saat ini pinjaman telah mencapai Rp100 juta.


Maya mengaku sangat senang mendapatkan pinjaman modal usaha dari BRI karena menopang bisnisnya. Bukan hanya bantuan pembiayaan, BRI turut menolong dalam hal pemasaran. Produk Maya seringkali diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan BRI.


Maya bermimpi bisa seperti teman-teman yang sukses menjalankan usaha, dan produknya masuk ke toko oleh-oleh. Pada 2019, Maya diingatkan oleh temannya untuk memiliki izin usaha.


Setelah mengikuti pelatihan, Maya bisa mengurus perizinan yang dibutuhkan pada 2019. Produknya pun diterima pasar dan toko oleh-oleh terkenal di Kota Manado.


Pada akhir 2019, omzet usaha Miyuki turun hingga 90 persen karena jumlah wisatawan menurun di Manado. Kerugiannya mencapai jutaan rupiah.


“Untuk Manado yang paling ramai turis dari China, Korea, tapi pas masuk 2020 memang amblas semua. Saya justru sampai rugi, padahal baru mau mulai memasok ke toko-toko. Saya baru 3-4 kali mendistribusikan ke toko oleh-oleh dengan jumlah yang cukup banyak,” ujarnya.


Produk-produk Miyuki yang dimiliki Maya dijual secara offline di toko oleh-oleh, Café dan kantin-kantin sekolah di area Manado. Juga dijual secara online melalui Indoshop Singapore (platform e-commerce Singapura), Shopee, Tokopedia, Whatsapp, Tiktok, Youtube, dan Instagram.


Tak hanya aktif berjualan, Maya juga menjadi ketua Poklahsar yang dibentuk oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, ketua kelompok pertanian yang dibentuk oleh Badan Ketahanan Pangan.


Ibu 3 anak ini juga rajin memberikan pelatihan berwirausaha kepada eks narapidana. Tujuannya, agar eks narapidana bisa mandiri dan memiliki bekal untuk membuka usaha sendiri. ***