EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih menguat hari ini, Senin (7/2). Itu menyusul tingginya hasil konsensus pasar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sampai pengujung 2021. 


Investor akan mencermati rilis PDB, cadangan devisa, dan perkembangan kasus Covid-19 belakangan naik signifikan. ”IHSG akan bergerak pada rentang support 6.700, dan resisten 6.750,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas, Senin (7/2).


Lonjakan IHSG akhir pekan lalu, membentuk higher high, dan higher lwo, menandakan pergerakan bullish kuat. IHSG mulai menguji level resistance terbentuk sekitar 6738. Beberapa saham berpotensi naik yaitu BRPT, WSKT, SMGR, BSDE, ADRO, ACES, dan ISSP.


Akhir pekan lalu, IHSG menguay 0,71 persen menjadi 6.731,39. Sepekan IHSG naik 1,82 persen dengan net buy investor asing Rp1,33 triliun. Penguatan IHSG ditenggarai lonjakan harga komoditas utama seperti batu bara, crude palm oil (CPO0, dan metal. Meski begitu, terlihat pergerakan IHSG tertahan oleh sentimen negatif yaitu tingginya angka penyebaran Covid-19 Indonesia, dan dikabarkan tingkat keterisian rumah sakit hampir mencapai ambang batas 70 persen. 


Sektor pendorong kenaikan IHSG yaitu transportasi dan logistic naik 5,56 persen, konsumen non primer surplus 2,70 persen, dan material dasar melesat 1,56 persen. Investor asing membukukan net buy Rp868,64 miliar dengan saham-saham paling banyak dikumpulkan BBRI, TLKM, dan BBCA.


Indeks-indeks saham bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street berakhir mixed. Itu lantaran pendapatan positif Amazon membatasi serangkaian angka teknologi besar beragam. Kondisi itu, membuat Nasdaq memulihkan sebagian besar kerugian dari sesi sebelumnya. Hasil pertumbuhan saham megacap telah mendikte pergerakan pasar pekan lalu, karena investor mencari data nyata untuk mendukung valuasi saham tinggi. Kenaikan saham-saham teknologi tersebab ledakan laporan keuangan di atas rata-rata konsensus pasar.


Sementara itu, bursa saham Asia meniti zona negatif hari ini, Senin (7/2). Nikkei minus 0,7 persen, dan Kospi tekor 0,6 persen. Data inflasi Korea Selatan (Korsel) periode Januari 2022 mendekati level tertinggi satu dekade karena lonjakan harga bahan bakar, dan makanan. Inflasi naik menjadi 3,6 persen melewati konsensus pasar 3,3 persen. (*)