EmitenNews.com - Kultur jaringan salah satu cara perbanyakan tanaman secara modern. Prinsip utamanya, perbanyakan tanaman menggunakan media buatan di tempat steril. Sebagai salah satu inovasi, bibit yang dihasilkan mempunyai beberapa keunggulan: memiliki sifat identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan perbanyakan konvensional.


Anggapan bahwa kultur jaringan membutuhkan investasi sangat mahal untuk membangun laboratorium serta membeli peralatan dan bahan yang diperlukan, mengakibatkan perkembangan kultur jaringan berjalan lambat di Indonesia. Dalam keterangannya yang dikutip Jumat (29/7/2022), Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan  sektor pertanian akan semakin kuat jika didukung oleh riset dan inovasi yang berkelanjutan. "Pesan Presiden Joko Widodo jelas, pembangunan pertanian ke depan harus berbasis riset dan teknologi. Saya apresiasi kerja-kerja para peneliti kita yang sudah menemukan, menciptakan varietas-varietas unggul."


Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan keterampilan calon penerima manfaat program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services Programme (YESS) melakukan kegiatan pemagangan yang diselenggarakan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) di Balai Penelitian Tanaman Hias,  3 - 27 Juli 2022.


Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan Kementan terus meningkatkan kompetensi dan kemampuan SDM pertanian agar berkualitas dan ini termasuk prioritas Kementan. "Implementasi smart farming dan digitalisasi pertanian menggunakan Internet of Things (IoT) harus segera dilaksanakan guna meningkatkan agenda intelektual, khususnya penyuluh dan petani."


Project Manager Program YESS, Inneke Kusumawati menjelaskan kegiatan yang diselenggarakan hampir sebulan ini bertujuan menghasilkan generasi muda pertanian/petani milenial khususnya para pemuda, usia 17-39 tahun di wilayah perdesaan kultur jaringan dan aklimatisasi komoditas Anggrek. “Kegiatan yang diikuti sembilan peserta itu, terdiri atas praktik perbenihan anggrek melalui teknik kultur jaringan hingga proses aklimatisasi agar benih anggrek siap dibudidayakan."


Sebelum mengakhiri kegiatan pemagangan, peserta mengikuti uji kompetensi yang terdiri atas tes tertulis dan praktik oleh tim assesor dari Lembaga Sertifikasi Profesi Pertanian Nasional. Tujuannya, papr Inneke, agar dapat memastikan seluruh peserta menguasai materi yang diberikan selama mengikuti pemagangan kultur jaringan dan aklimatisasi anggrek di Balithi.”


Seperti diketahui bersama, sertifikasi kompetensi kerja merupakan bentuk pengakuan secara formal terhadap kompetensi kerja yang dikuasai oleh lulusan pelatihan kerja atau tenaga kerja yang berpengalaman. ***