Dampak Pertumbuhan Tak Terelakkan dan Penurunan Ekonomi yang Mengkhawatirkan Tiongkok
EmitenNews.com -Pertumbuhan negara Tiongkok telah dianggap tak terhindarkan selama beberapa dekade. Semuanya semakin besar - pengaruh budayanya, ambisi geopolitiknya, dan populasinya - dan tampaknya akan terus berlanjut hingga dunia dibentuk ulang dengan citra Tiongkok.
Namun, tanda yang paling jelas dari penurunan ini adalah masalah deflasi China yang semakin memburuk. Indeks harga konsumen telah menurun selama tiga bulan terakhir, deflasi terpanjang sejak tahun 2009. Dalam perlombaan untuk supremasi ekonomi global, deflasi adalah albatros di leher Beijing, menunjukkan kehabisan tenaga model ekonomi RRT yang memerlukan restrukturisasi yang menyakitkan.
Di luar masalah keuangan, merosotnya harga-harga merupakan tanda dari ketidakpastian yang lebih dalam yang mencengkeram rakyat Tiongkok.
Selanjutnya, Analis dari Stocknow.id Abdul Haq memproyeksikan Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) pada hari ini (29/01/2024) akan bergerak melemah terbatas dengan menguji level Resistance Psikologis pada 7.200 dan Support di level 7.092. Adapun saham-saham yang dapat dicermati pada hari ini sebagai Swing dan Fast Trade, yaitu MBMA, INKP, MTEL dan MAYA.
IHSG diprediksi melemah pada hari ini (29/01/2024) karena beberapa sentimen Global dan Domestik yang terjadi diantaranya yaitu, saham-saham Big Caps pada perdagangan beberapa hari kebelakang terlihat lesuh dan mengalami pelemahan, begitu juga dengan saam-saham Barito Grup. Hal ini dikarenakan modal asing yang keluar dari pasar saham Indonesia yang menyebabkan para investor ritel juga ikut Exit pada saham-saham tersebut.
Sementara itu, dalam satu pekan terakhir, pasar saham Indonesia tercatat mengalami Net Sell dari Investor asing sebesar Rp2,10 T. Sehingga, hal ini tentu saja membuat para investor kecil bersikap pesimis terhadap saham-saham penopang IHSG.
Dari segi teknikal, IHSG telah Breakdown dari fase kosolidasinya yang menandakan bahwa indikasi pelemahan lebih jauh pada IHSG akan semakin kuat. Hal ini juga didukung oleh pergerakan Candlestick yang masih dibawah garis EMA 20 dan indikator Stochastic yang bergerak Bearish ke area Oversold.
Selanjutnya, Stocknow.id merekomendasikan strategi trading pada saham-saham dibawah ini:
Stocknow merekomendasikan swing trade pada saham MBMA di harga 675, dengan TP1 di 690, TP2 di 710, dan SL di 650. Terakhir, saham INKP bisa dicermati dengan Buy di harga 7900, dengan TP1 di 8150, TP2 di 8375, dan SL di 7675. Terakhir dari Swing Trade ada MTEL di harga 675, dengan TP1 di 695, TP2 di 710, dan SL di 655.
Dari Fast Trade, ada saham MAYA pada harga 194, dengan TP1 di 199, TP2 di 204, dan SL di 189.
Related News
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya