Dari 10 Meter Kain, Kini UMKM Batik Binaan BRI Ini Tembus Pasar Global
Nama Batik Canting Asasi terinspirasi dari Masjid Asasi, masjid tertua di Padang Panjang yang berada di Kelurahan Sigando, tempat tinggal dari Owner Rita Nova. Masjid ini menjadi inspirasi utama dalam desain dan filosofi batik yang diciptakannya. Dok.BRI.
EmitenNews.com - Situasi pandemi Covid-19 yang sempat melumpuhkan aktivitas ekonomi beberapa tahun lalu menjadi titik balik bagi Rita Nova Omala, pengusaha UMKM dan pengrajin batik asal Padang Panjang, Sumatera Barat. Di tengah keterbatasan gerak saat itu, lahirlah Batik Canting Asasi, usaha batik khas Padang Panjang yang kini tak hanya dikenal di Sumatera Barat tetapi juga merambah secara nasional dan luar negeri.
Dalam keterangannya yang dikutip Kamis (18/1/2/2025), Rita Nova Omala menceritakan, perkembangan Batik Canting Asasi tidak terlepas dari peran PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). BRI melalui Rumah BUMN BRI Padang Panjang, konsisten hadir mendampingi para pelaku UMKM. Mulai dari pelatihan dan pendampingan usaha, promosi digital, hingga fasilitasi ekspansi pasar.
Rita Nova Omala mengawali usahanya dengan modal sangat minim. Pada November 2021 itu, ia hanya bermodalkan kain 10 meter, yang dijadikannya tiga baju yang dijual, lalu hasilnya diputar kembali untuk modal produksi. Kini, usaha itu berkembang pesat dan mulai dikenal luas setelah aktif berpromosi melalui TikTok, Instagram, dan mengikuti berbagai pameran.
Nama Batik Canting Asasi terinspirasi dari Masjid Asasi, masjid tertua di Padang Panjang yang berada di Kelurahan Sigando, tempat tinggal dari Owner Rita Nova. Masjid ini menjadi inspirasi utama dalam desain dan filosofi batik yang diciptakannya.
“Keunikan Batik Canting Asasi ada di sanggar membatik. Kami memakai pewarna alami yang lembut dan klasik. Memanfaatkan limbah seperti kulit jengkol dan biji pinang untuk bahan pewarna. Hasilnya lebih ramah lingkungan dan warnanya lebih awet,” jelas Rita.
Saat ini Batik Canting Asasi memiliki berbagai macam motif. Di antaranya Asasi, Barara, dan Panen. Motif Asasi menjadi favorit karena menggambarkan nilai budaya dan religi masyarakat setempat. Selain kain batik, sanggar ini juga memproduksi pakaian jadi seperti jaket, blazer, hingga setelan resmi yang digunakan berbagai kalangan, termasuk pejabat daerah.
Batik Canting Asasi bukan sekadar usaha kreatif, tetapi juga wadah pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Saat awal berdiri, usaha ini hanya melibatkan empat orang. Kini, sudah ada 15 pekerja dan pengrajin, sebagian besar perempuan dan lansia.
“Ada yang melukis, mencap, mewarnai, dan membuat jambul pada selendang. Kami juga memberdayakan lansia untuk membuat jambul. Beragam, ada yang usia 18, 24, 27 tahun sampai 60 tahun. Jadi dari milenial sampai lansia,” tutur Rita.
Harus diakui, BRI memiliki peran besar dalam perjalanan Batik Canting Asasi. Melalui Rumah BUMN BRI Padang Panjang, Rita mendapat banyak pelatihan, pendampingan, hingga kesempatan mengikuti pameran skala nasional seperti BRI BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang berlangsung di BSD, Tangerang.
“BRI selalu mendukung kami. Kalau ada pameran, ada staf BRI yang datang mendampingi dan menanyakan kebutuhan kami. Kami juga pernah dipercaya jadi narasumber pelatihan untuk teman-teman disabilitas. Sekarang sudah ada penyandang disabilitas yang bekerja di sanggar kami,” ungkap Rita.
Selain pelatihan dan pameran, BRI juga membantu membuatkan e-katalog produk agar bisa menjangkau pembeli digital. Langkah itu menjadi terobosan penting untuk promosi dan memperluas pasar. Hasilnya, Batik Canting Asasi berhasil mendapatkan pesanan dari konsumen dari luar negeri. Dikirim ke Jepang, Singapura, Malaysia, hingga Arab Saudi.
"Memang belum banyak, baru sekitar 5-10 potong. Kami senang karena produk kami bisa sampai ke sana tanpa perantara. Semua berkat promosi lewat media sosial dan dukungan dari BRI,” kata Rita bangga.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Mikro BRI Akhmad Purwakajaya mengatakan bahwa Rumah BUMN BRI hadir sebagai wadah kolaboratif bagi para pelaku usaha untuk memperoleh pembinaan, memperluas jejaring, serta meningkatkan kapasitas bisnis agar mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Program pembinaan UMKM ini menjadi bagian penting dari komitmen BRI untuk mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Hingga saat ini BRI telah membina 54 Rumah BUMN BRI dan melaksanakan lebih dari 17 ribu pelatihan bagi pelaku UMKM di berbagai daerah.
BRI mendata banyak pelaku usaha yang semula hanya menjual produk di pasar lokal, kini telah memasarkan produknya secara daring bahkan menembus pasar ekspor.
“Hal ini menunjukkan bahwa berbagai program pemberdayaan BRI seperti pendampingan yang berkelanjutan dan akses ekosistem digital mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Akhmad Purwakajaya. ***
Related News
Pasca Spin Off, Telkom (TLKM) Berharap Valuasi InfraNexia Capai Rp150T
PTPP Kasih Kabar Soal Merger hingga Target Revenue Rp16T
Uang Tunai Nataru Aman! BCA, Mandiri, dan BRI Siagakan Dana Besar
Teken Kontrak! PGN Amankan Sumber Gas Baru dari CBM
Bank Mandiri Perluas Akses Ekonomi Bagi Penyandang Disabilitas
RUPSLB WOWS Setujui Pengangkatan Komisaris Utama Baru





