Defisit Bengkak Jadi Rp4,42 Triliun, Omni Inovasi (TELE) Masih Dalam Pemantauan Khusus

EmitenNews.com—Per 30 September 2022, PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) masih mencatatkan ekuitas negatif atau defisiensi modal mencapai Rp4,42 triliun, sehingga kondisi neraca perseroan ini memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tetap menyematkan Notasi Khusus 'E' (TELE.E).
Berdasarkan laporan keuangan TELE yang dipublikasi Jumat (18/11), selama sembilan bulan pertama tahun ini emiten yang dahulu bernama Tiphone ini mampu membukukan pendapatan mencapai Rp2,01 triliun atau melambung 82,73 persen (year-on-year).
Namun seiring dengan kenaikan pendapatan tersebut, jumlah beban pokok pendapatan TELE per Kuartal III-2022 tercatat melonjak 82,57 persen (y-o-y) menjadi Rp1,99 triliun. Sehingga, laba bruto dalam tiga kuartal pertama di 2022 menjadi Rp15,11 miliar atau melejit 34,07 persen (y-o-y).
Sementara itu, untuk periode Januari-September 2022, TELE tercatat mengalami rugi usaha mencapai Rp139,34 miliar atau jauh lebih besar dibanding rugi usaha di periode yang sama 2021 sebesar Rp58,82 miliar.
Bahkan, rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per Kuartal III-2022 tercatat sebesar Rp163,97 miliar atau melambung 96,51 persen dibanding periode yang sama di 2021 sebesar Rp83,44 miliar.
Per 30 September 2022, jumlah liabilitas TELE juga terpantau membengkak menjadi Rp4,56 triliun dari Rp4,48 triliun pada 31 Desember 2021. Malahan per akhir Kuartal III-2022, total defisiensi modal perseroan melonjak menjadi Rp4,42 triliun dari Rp4,25 triliun per akhir Desember 2021.
Dengan adanya ekuitas negatif hingga mencapai Rp4,42 triliun tersebut, maka BEI akan tetap menyematkan Notasi Khusus pada kode saham Omni Inovasi menjadi TELE.E, yang menegaskan bahwa perseroan masih mencatatkan defisiensi modal.
Related News

Komisaris GPSO Priscilla Vikananda Lepas Seluruh Saham Miliknya

CBRE Pastikan Gelar RUPSLB pada 27 Oktober 2025

PNGO Bagikan Dividen Interim Rp130 Per Saham, Yield 5,35%

CNKO Klarifikasi ke BEI Terkait Pembekuan Izin Tambang Anak Usaha

Induk Asal Jepang Perdana Borong 36 Juta Saham SOSS

Pengelola Bioskop CGV (BLTZ) Beberkan Strategi Bisnis di 2026