Di Bawah Ancaman Resesi dan Inflasi, Indeks Saham Asia Masih Dibuka Menguat
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (23/5) dibuka menguat setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu berakhir variatif (mixed).
Namun sepanjang minggu lalu, indeks saham S&P 500 jatuh 3.0%, DJIA kehilangan 2.9% dan NASDAQ turun 3.8%. Secara mingguan, Indeks S&P 500 dan NASDAQ telah mencatatkan penurunan selama 7 kali beruntun, rangkaian penurunan terpanjang sejak peristiwa Bubble Dotcom pada tahun 2001 sementara DJIA mencatatkan penurunan selama 8 kali beruntun, terpanjang sejak tahun 1932 ketika Depresi Besar (Great Depression) terjadi.
Analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha, menyebut kinerja indeks saham di AS tahun ini tertekan oleh kekhawatiran mengenai kebijakan moneter yang lebih ketat serta daya tahan ekonomi dan profitabilitas korporasi di tengah lonjakan inflasi. "Khususnya pengetatan kebijakan monter oleh bank sentral AS (Federal Reserve) telah kembali memicu ketakutan segera terjadinya resesi ekonomi," katanya.
Berdasarkan perhitungan awal (initial estimate), ekonomi AS secara mengejutkan menderita kontraksi 1.4% Q/Q di 1Q22. Ini adalah kontraksi ekonomi pertama sejak 2Q20. Resesi biasanya di tandai oleh pertumbuhan ekonomi (PDB) yang negatif selama 2 kuartal beruntun.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun memperpanjang penurunan selama 3 hari beruntun dengan merosot 7.8 bps menjadi 2.78% akibat kekhawtiran mengenai prospek pertumbuhan ekonomi AS yang semakin suram.
Di pasar komoditas, harga emas naik tipis dan mencatatkan kenaikan mingguan pertama dalam 5 minggu terakhir di dorong oleh besarnya kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, harga minyak mentah naik tipis pada hari Jumat dengan minyak mentah jenis WTI mencatatkan kenaikan selama 4 minggu beruntun.
Rencana Uni Eropa (UE) melarang pembelian minyak mentah asal Rusia serta pelonggaran kebijakan Lockdown di Tiongkok dapat mengimbangi kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi global akan mencederai permintaan minyak mentah. UE masih kesulitan membujuk Hungaria untuk menerima embargo UE atas impor minyak asal Rusia.
Untuk perdagangan di BEI hari ini IHSG diprediksi menguat di rentang 6.825-6.985. Berikut saham unggulan Phillip Sekuritas.
SRTG
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 3230-3240
Target Price 1 : 3480
Target Price 2 : 3630
Stop Loss : 2980
PALM
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 895
Target Price 1 : 1025
Target Price 2 : 1130
Stop Loss : 765
ELSA
Short Term Trend : Sideways
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 298
Target Price 1 : 318
Target Price 2 : 326
Stop Loss : 278
IPCM
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 294
Target Price 1 : 314
Target Price 2 : 324
Stop Loss : 274.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha