EmitenNews.com - Meski harga tes PCR sudah diturunkan dari sebelumnya Rp495 ribu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menilai harga yang sekarang sebesar Rp300 ribu masih terlalu mahal. Karena itu Pemerintah diminta belajar ke India yang bisa memberikan harga PCR jauh lebih rendah.


"Kalau pemerintah sudah mensyaratkan tes PCR, maka harus bisa memperhatikan kemampuan masyarakat. Kalau mahal, ngerjain rakyat, rakyat diperas," ujar Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani, menyikapi polemik soal harga tes PCR yang ditetapkan sebagai salah satu syarat perjalanan udara.


"Saya sudah kasih tahu untuk melihat ke India, mereka sudah paling murah hanya Rp 97 ribu. Lihat komponen cost-nya, kalau ada subsidi, berapa subsidinya," sambungnya.


Menurut Hariyadi, harga yang ideal untuk tes PCR di Indonesia pada saat ini sebesar Rp 150 ribu, dan harga tersebut sudah membuat untung para pengusaha yang bermain di bisnis itu.


"Kabangetan juga ini pemain PCR, makin ke sini kan alatnya makin murah karena teknologinya makin baik dan prosesnya lebih cepat. Harga Rp 150 ribu, sudah buat mereka untung," paparnya.


Namun, Hariyadi enggan menyebut modal biaya satu kali melakukan tes PCR, tetapi yang jelas saat ini untuk harga reagen sudah lebih murah dari sebelum-sebelumnya.


"Bisa pingsan kalau denger harga reagennya sekarang. Kalau saya ngomong tidak kerja nanti pemerintah," ucap Hariyadi.


Selain itu, Hariyadi juga meminta BUMN untuk menyediakan tes PCR yang terjangkau, bukan bertujuan mencari untung.


"Pemerintah harus serius, PCR ini kan alat kontrol. BUMN harus turun langsung, Kimia Farma jangan ikut-ikutan dagang juga harga mahal, ini kan untuk kepentingan orang banyak, harusnya ikut meringankan masyarakat bukan ambil untung," paparnya.(fj)