Dolar AS Perkasa, Pemerintah Minta Masyarakat tidak Perlu Khawatir!
Ilustrasi mata uang dolar AS. dok. Salman Toyibi/JawaPos.com.
EmitenNews.com - Pemerintah berusaha menenangkan masyarakat atas perkasanya dolar Amerika Serikat. Pemerintah meminta semua pihak agar tidak khawatir dalam memandang pelemahan nilai tukar rupiah beberapa waktu terakhir. Karena, cadangan devisa Indonesia masih besar. Pasca libur Lebaran 2024, rupiah melemah hingga menembus Rp16.250 per USD.
"Kurs ini kan bukan sesuatu yang kita harus respons daily bases, dan Cadev di BI masih besar jadi tidak ada yang perlu kita khawatirkan," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers, Kamis (18/4/2024).
Pascalibur Lebaran, rupiah melemah hingga menembus Rp16.250 per dolar AS. Rupiah dibandingkan negara setara, masih cukup baik.
"Turunnya Indonesia tidak sedalam yang lain jadi kita walau turun di atas China, Thailand maupun Malaysia," ujarnya.
Situasi global yang memanas, sebagai penyebab pelemahan rupiah disebabkan oleh situasi global yang memburuk. Antara lain dari Amerika Serikat, menunjukkan inflasi belum kembali sesuai target bank sentral yakni di kisaran 2%. Hal ini membuat keraguan adanya penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed).
Masalah yang membuat gejolak di pasar keuangan adalah ketegangan di Timur Tengah. Terutama terkait konflik Iran-Israel. Situasi ini akan meningkatkan ketidakpastian global sehingga investor menahan diri atau memilih instrument aset aman atau safe haven.
Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan secara fundamental perekonomian domestik tidak ada masalah. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5%.
Selain itu, BI melihat inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%, dengan realisasi 0,52% (mtm) pada Maret 2024, sehingga secara tahunan menjadi 3,05% (yoy).
Di luar itu, neraca perdagangan masih berada dalam tren surplus meski mulai melandai. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2024 tetap tinggi sebesar USD144,0 miliar. Itu artinya, setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2024 diprakirakan surplus dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB.
Tetapi, meski angka-angka yang disebutkan oleh pemerintah, dan BI, cukup meyakinkan, kekhawatiran masyarakat tetap mengemuka. Terutama karena harga bahan pokok, belum sepenuhnya stabil. ***
Related News
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya
BI Kerahkan Empat Instrumen untuk Jaga Stabilitas Rupiah