EmitenNews.com—Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Indonesia membukukan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,0% yoy pada kuartal IV-2022, mendorong hasil setahun penuh menjadi 5,3% yoy pada tahun 2022.

 

Macroeconomic Analys, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Irman Faiz mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 melebihi proyeksi Bank Danamon sebesar 4,2% yoy. Capaian tersebut juga melebihi konsensus pasar sebesar 4,9% yoy. "Meskipun capaian sepanjang 2022 sesuai ekspektasi kami," kata Irman dalam keterangan tertulis, Senin (6/2).

 

Konsumsi rumah tangga (khususnya transportasi, komunikasi, hotel dan restoran) menjadi pendorong utama pertumbuhan tahun 2022, dengan kontribusi sebesar 2,61 pcp terhadap perekonomian secara keseluruhan.

 

Sementara itu, investasi tetap menempati posisi kedua dengan kontribusi sebesar 1,24 pcp, seiring dengan aktivitas manufaktur yang ekspansif serta investasi publik yang lebih tinggi. Faktor domestik yang menggembirakan dilengkapi dengan kinerja ekspor bersih yang kuat, berkontribusi sebesar 0,81 persen terhadap pertumbuhan PDB, sebagai akibat dari kenaikan harga dan volume ekspor nonmigas.

 

Dinamika permintaan tercermin di sisi penawaran. Empat kontributor terbesar berdasarkan sektor adalah manufaktur (1,01 pcp), transportasi (0,73 pcp), perdagangan (0,72 pcp), dan TIK (0,48 pcp).

 

Berdasarkan angka-angka terakhir ini, perekonomian Indonesia dapat mempertahankan pemulihan yang begitu kuat. Meskipun terjadi moderasi pertumbuhan pada 4Q22, qoq tumbuh positif sebesar 0,4%, lebih kuat dari pola historisnya yang biasanya berkontraksi pada kuartal terakhir setiap tahunnya.

 

"Hal ini menegaskan cerita kami tentang pemulihan permintaan domestik yang solid, yang kami perkirakan akan berlanjut tahun ini. Dukungan kuat dari tabungan domestik serta mobilitas akan membantu mendororong permintaan yang tertahan," ujar Irman.

 

Dari perspektif neraca internal, angka-angka ini akan diterjemahkan menjadi inflasi inti yang meningkat, karena tekanan biaya input tetap ada. Dari sisi neraca eksternal, surplus neraca perdagangan akan menyempit akibat kenaikan impor dan penurunan harga komoditas.

 

"Kami yakin PDB Indonesia, sekali lagi, akan tumbuh sebesar 5,3% pada tahun 2023," tutup Irman.