EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mengalami penguatan pada perdagangan hari ini. Itu menyusul pembukaan jalur ekspor batu bara lebih banyak dari kemarin.
”IHSG diperkirakan bergerak pada rentang support 6.610, dan resisten 6.690,” tutur Alwin Rusli, Kamis (13/1).
Secara teknikal, setelah mengalami penurunan beruntun dua hari terakhir, kemarin IHSG membentuk candle tipis dengan rambut memanjang ke arah atas dan bawah. Itu menunjukkan ada kesamaan kekuatan bullish, dan bearish.
Susunan candle itu, juga menunjukkan potensi terjadi rebound pada perdagangan hari ini. Beberapa saham memiliki potensi kenaikan yaitu INDF, CPIN, ADRO, LSIP, AALI MDKA, BFIN, SIDO, AKRA SCMA, dan AGRO.
Pada perdagangan kemarin IHSG ditutup minus 0,01 persen menjadi 6.647,06. Itu tersebab minimnya sentimen di pasar. Ada dua sektor mengalami kenaikan tinggi yaitu sektor industri dasar surplus 1,05 persen, dan sektor energi bertambah 1,03 persen. Lalu satu sektor minus 2,17 persen.
Sentimen mempengaruhi pasar domestik masih terbatas pada sektor tertentu. Misalnya, kenaikan sektor energi disebabkan kenaikan harga batu bara. Secara umum tekanan pada bursa masih disebabkan lonjakan kasus virus corona secara global, lokal dari libur akhir tahun lalu, dan ancaman kenaikan tingkat suku bunga oleh The Fed.
Investor asing membukukan net buy pada pasar reguler Rp947,99 miliar, dengan saham-saham paling banyak dibeli BBCA, BBRI, dan EMTK. Seluruh indeks besar bursa Amerika Serikat (AS) ditutup menguat setelah data inflasi menyentuh level tertinggi beberapa dekade terakhir, sebagian besar memenuhi ekspektasi ekonom.
Namun, apabila melihat data pertumbuhan secara bulanan, ada penurunan pada inflasi (Des 2021 0,5 persen vs Nov 2021 0,8 persen). Kondisi itu, meredakan beberapa kekhawatiran kalau The Fed harus menarik kembali keputusan untuk menaikkan tingkat suku bunga lebih cepat dari ekspektasi.
Sementara itu, pagi ini bursa Asia diperdagangkan bervariasi. Nikkei melemah 0,75 persen, dan Kospi menguat tipis 0,10 persen. Reaksi investor terhadap kenaikan inflasi AS beragam. Di samping itu, para investor bursa Asia juga memperhatikan tingkat imbal hasil treasury bond AS makin tinggi. (*)
Related News
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha
Transaksi Aset Kripto di Indonesia Hingga Oktober Tembus Rp475 Triliun