EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal melaunching 2 indeks anyar berbasis environment, social and governance (ESG). Adanya indeks ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan investasi berbasis ESG. kehadiran dua indeks itu akan melengkapi indeks berbasis ESG yang sudah ada di bursa sebelumnya, yakni IDX ESG Leaders (IDX ESGL) yang diluncurkan pada Desember 2020 dan SRI-KEHATI yang diluncurkan pada Juni 2009. 

 

Dua indeks baru yang akan diluncurkan adalah ESG Sector Leaders IDX Kehati dan Indeks ESG Quality 45 IDX Kehati. Pembuatan indeks ini bekerja sama dengan Yayasan Sri Kehati dan akan diluncurkan secara resmi pada 20 Desember mendatang, kata Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menjelaskan dalam acara Edukasi Wartawan Pasar Modal terkait Rencana Peluncuran Indeks Baru BEI dan Sri Kehati secara Virtual, Selasa (7/12/2021).

 

Hasan mengungkapkan, peluncuran indeks baru itu mempertimbangkan investasi berbasis ESG yang kian menjadi perhatian, baik di pasar global maupun domestik. Menurutnya, investor dan manajer investasi mulai menerapkan aspek-aspek investasi yang bertanggung jawab dalam menyusun portofolionya, di samping memperhatikan aspek keuntungan finansial. 

 

Ia mencontohkan, di Eropa, seluruh manajer investasi wajib mengembangkan kebijakan integrasi risiko yang berkaitan dengan keberlanjutan atau sustainability dalam proses pengambilan keputusan investasi. 

 

Adanya peluncuran dua indeks ini, menurut Hasan bisa menjadi acuan dan alternatif investasi dengan indeks Sri Kehati yang baru. "Bisa menjadi acuan reksa dana aktif maupun exchange traded fund (ETF). Investor juga lebih mudah berinvestasi dan bisa lebih bertanggung jawab dalam berinvestasi karena bisa menerapkan aspek ESG lebih baik". 

 

Adapun sejauh ini, Hasan melihat investasi berbasis ESG sudah menjadi perhatian utama dan mulai meningkat di pasar keuangan global maupun domestik. Manajer investasi mulai menerapkan aspek investasi yang bertanggung jawab dengan mengintegrasikan aspek ESG yang baik dalam pengambilan keputusan investasi dan penempatan portofolio. Pasalnya, Investor tidak hanya memperhatikan keuntungan dalam berinvestasi di instrumen berbasis ESG, namun juga adanya dampak negatif yang bisa ditimbulkan apabila tidak diterapkannya aspek ESG.

 

"Di Eropa, manajer investasi sudah diwajibkan untuk menerapkan kebijakan dengan mengintegrasikan risiko dalam mengambil keputusan," kata dia.

 

Komitmen manajer investasi global ini juga terlihat dari dana kelolaan organisasi manajer investasi yang tergabung dalam Principle for Responsible Investment (PRI). Hingga Juli 2021, sudah terkumpul dana kelolaan sebesar USD120 miliar dan meningkat 15 persen dari periode sebelumnya.

 

Sementara di tingkat domestik, pertumbuhan reksa dana dan ETF berbasis ESG juga meningkat signifikan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan sudah mencapai lebih dari Rp 3,38 triliun dari 15 produk reksa dana dan ETF berbasis ESG atau meningkat dari 2017 yang baru mencapai Rp730 miliar dengan 7 produk reksa dana dan ETF berbasis ESG.