EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali menguat meski bursa regional pada pagi ini ditutup melemah. Para investor mengamati setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga. Itu dengan harapan dapat kembali membuat rupiah stabil.
Selain itu, sektor properti dan konstruksi mulai ada pergerakan. ”Kami perkirakan Indeks bergerak pada rentang support 6.780, dan resisten 6.860,” tulis Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Jumat, 20 Januari 2023.
Secara teknikal, Indeks masih melanjutkan tren rebound, dan belum ada sinyal pembalik arah ke bawah. Sementara indicator stochastic telah mengalami golden cross dari area oversold. Beberapa saham memiliki potensi naik untuk perdagangan hari ini yaitu KLBF, UNTR, ASII, MEDC, BBRI, dan EXCL.
Menyudahi perdagangan kemarin, Indeks melesat 0,80 persen menjadi 6.820. Beberapa sektor mengalami penguatan di antaranya basic materials 2,19 persen, Kesehatan 1,62 persen, dan energy 1,34 persen. Investor asing tercatat membukukan net buy di pasar regular Rp647 miliar. Saham paling banyak dibeli investor asing yaitu ASII, MDKA, dan BBRI.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), melanjutkan koreksi. Para pelaku pasar mengamati musim rilis laporan keuangan kuartal IV-2022 akan mengalami penurunan di tengah suku bunga tinggi. Selain itu, The Fed kembali memberi isyarat hawkish untuk menekan inflasi. Laporan tenaga kerja di AS klaim pengangguran turun, dan terendah selama empat bulan terakhir.
Pagi ini, bursa Asia sudah menyusuri zona merah. Indeks Nikkei 225 melemah 0,10 persen, dan indeks Kospi terkoreksi 0,03 persen. Pagi ini, Jepang juga merilis data inflasi kembali naik, dan tertinggi selama 32 tahun terakhir. (*)
Related News
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha
Transaksi Aset Kripto di Indonesia Hingga Oktober Tembus Rp475 Triliun