EmitenNews.com - Ekstrawaspadalah. Gelombang 3 pandemi Covid-19 di Indonesia sudah menjelang. Meski para pakar meyakini sudah terjadi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memilih terus memonitor kondisinya. Prof Zubairi Djoerban dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI)  meyakini gelombang 3 Covid-19 sudah terjadi. Salah satu indikasinya adalah jumlah kasus aktif yang terus meningkat.


"Kita masih monitor untuk menentukan ini gelombang ke-3 pandemi Covid-19, atau ndak karena peningkatan baru 10 hari yang lalu," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, Selasa (1/2/2022).


Kalaupun positivity rate meningkat beberapa waktu terakhir, dr Nadia meyakini sebagai keberhasilan dalam hal testing dan tracing. Artinya, lonjakan kasus juga menandakan kemampuan deteksi yang baik. Jadi, Kemenkes yakin gelombang 3 pandemi Covid-19 di Tanah Air belum terjadi.


"Peningkatan kuota testing dan tracing ini, bentuk dari upaya deteksi dini dalam mencegah perluasan penularan, serta mencegah munculnya klaster sebaran yang baru. Ini juga merupakan usaha untuk mendeteksi lebih awal gejala COVID-19 yang diderita tiap-tiap individu," kata Juru Bicara Kemenkes untuk vaksinasi Covid-19 ini.


Menurut Siti Nadia, hal ini penting untuk mencegah keterlambatan penanganan kasus mengingat varian Omicron yang memiliki persebaran lebih cepat namun cenderung tidak bergejala.


Bagi Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Prof Zubairi Djoerban meyakini gelombang 3 itu, sudah terjadi. Salah satu indikasinya adalah jumlah kasus aktif yang terus meningkat.


"Bagi yang mengira kita telah masuk gelombang tiga, ya kita telah 'berhasil' memasukinya. Kasus naik tiap hari, BOR dan positivity rate juga, plus klaster," cuitnya dalam akun Twitter pribadi, Senin (31/1/2022).


Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, senada dengan Prof Zubairi Djorban. Ia berkeyakinan, jumlah kasus sebenarnya lebih tinggi dibanding konfirmasi harian yang dilaporkan karena kemampuan testing terbatas.


Di luar itu, gejala varian Omicron yang relatif lebih ringan membuat banyak orang cenderung tidak memeriksakan diri ketika hanya mengalami keluhan ringan atau bahkan tidak bergejala. Karena itu, Dicky Budiman meyakini, ada banyak kasus aktif yang tidak terpantau.


"Kalau bicara jumlah kasus di masa puncak, saat ini pun sebenarnya sudah 10 kali lipat dari yang dilaporkan, setidaknya di atas 100 ribu, 200 ribu per hari itu ada, kalau pada masa puncak ya bisa sampai 300 ribu-500 ribu," kata Dicky Budiman. ***