EmitenNews.com – IHSG kembali menunjukkan eksistensinya pada perdagangan kemarin dengan ditutup menguat 8,197 poin atau 0,12% di level 6.691,34. Dengan nilai transaksi Rp10,7 triliun dan investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp246,03 miliar di seluruh pasar.

 

Melihat kondisi seperti itu, Liza Camelia Suryanata dalam riset harianya, Jumat (12/111/2021) mengatakan, secara teknikal doji (dalam candlestick) sejatinya berarti, keragu-raguan untuk melanjutkan trend yang sedang berjalan. Penempatan candle ini terutama sangat berarti apabila  terjadi persis di area Support atau Resistance. Seperti kita tahu Resistance IHSG ada di level kritis 6693-6700, High kemarin ada di 6704.  

 

Jadi  Doji yang menutup perdagangan market kemarin seolah mengisyaratkan bahwa penguatan lebih lanjut bisa saja tidak terjadi, terlebih indicator RSI menunjukkan negative divergence (artinya buying momentum di titik Resistance yang sama kali ini tidak sekuat sebelumnya).

 

However, candle Doji perlu dikonfirmasi oleh candle keesokan harinya apakah akan disusul candle hijau (maka break out Resistance dan masih kuat naik menuju target / Resistance 6750-6850), atau candle merah (maka kembali uji Support MA10 & 20 di 6600). “IHSG di akhir pekan ini diperkirakan bakal bergerak pada range support di level 6500 hingga 6600 dan resistance di 6700 hingga 6850,” ujar Liza.

 

Secara sentimen, kita bisa melihat bahwa pada Kamis (11/11) Bursa AS  ditutup beragam di tengah meredanya kekhawatiran inflasi, musim rilis laporan keuangan kuartal III yang hampir selesai dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah. Sektor basic material, oil & gas dan teknologi menjadi penopang bursa AS di tengah terbatasnya transaksi di kala berlangsungnya libur perayaan Hari Veteran, sementara saham Walt Disney menjadi pemberat karena penurunan kinerja .

 

Di sisi lain, bursa saham Eropa ditutup menguat didorong kenaikan saham sektor pertambangan. Harga minyak mengalami rebound setelah sempat melemah dipicu keyakinan para investor bahwa permintaan minyak mentah global akan terus mengalami peningkatan dalam beberapa bulan ke depan seiring berangsur pulihnya aktivitas perekonomian dunia dari dampak pandemi.

 

Bicara tentang inflasi, harus diakui inflasi  memang tidak friendly dengan growth stocks namun dinamika market berubah setiap waktunya. Ekonom perkirakan tingkat inflasi AS akan melandai di 2022 ke 2% an, maka sentimen pasar kembali membaik. Inflation due to disruption at supply chain which is hasn't  completely healed after covid pandemic.

 

BI diperkirakan masih akan terapkan kebijakan suku bunga rendah smp tahun depan, sampai dilihat kehidupan berangsur normal seiring pemulihan ekonomi secara bertahap (jangan dibandingkan dengan Amerika karena stimulus mereka huge).


Lebih lanjut Liza menambahkan, Indonesia terlihat masih butuh stimulus & relaksasi, sementara  USA sudah mulai menghentikan stimulus dengan Tapering. Relaksasi dari OJK/ bursa diharapkan membantu  kelancaran IPO saham-saham technology  sehingga akan  mengundang capital inflow  ke pasar kita.