EmitenNews.com - Indonesia memiliki banyak bahan baku untuk campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis bensin. Selain bahan tebu, dan beberapa lagi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pentingnya keekonomian pemanfaatan singkong sebagai bahan baku etanol. Etanol itu sendiri dimanfaatkan sebagai bahan campuran bensin.

Informasi yang ada menyebutkan, pemerintah berencana menerapkan mandatori pencampuran etanol sampai 10% (E10) pada BBM bensin. Sejauh ini pemerintah belum menerapkan program pencampuran etanol pada BBM sebagai kebijakan nasional.

Saat ini, pemanfaatan etanol sebagai campuran bensin baru diterapkan oleh PT Pertamina (Persero). Itu yang beredar di masyarakat melalui merek bensin Pertamax Green 95, dengan kandungan etanol 5% (E5).

Dalam keterangannya yang dikutip Jumat (31/10/2025), Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo mengatakan, selain tebu, singkong juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku etanol.

"Jadi, singkong juga bisa. Semua tanaman pati itu bisa dibuat untu etanol. Asal keekonomiannya tercapai," kata Edi Wibowo kepada pers, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (30/10/2025).

Tetapi, salah satu yang mengganjal dalam pemanfaatan etanol adalah perihal cukai terhadap etanol sebagai campuran bensin. Dengan pengenaan cukai untuk etanol, harga keekonomiannya belum tercapai.

Pemerintah tengah mengusahakan agar cukai etanol bisa dihapuskan. Namun demikian, etanol bebas cukai saat ini sudah berhasil diterapkan di Surabaya, Jawa Timur. Khusus Jakarta, progres pembebasan cukai untuk etanol masih berprogres.

"Itu koordinasi Kemenko ekonomi. Tapi yang di Surabaya sudah bebas. Di Jakarta lagi proses. Jakarta lagi jalan. Tunggu saja sebentar lagi. Karena ada persyaratan Izin Usaha Industri," katanya.

Untuk lepas dari ketergantungan energi fosil, pemerintah saat ini gencar menggenjot pemanfaatan tebu, jagung, singkong, dan sorgum untuk pembuatan bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM). Hal ini dilakukan juga sebagai upaya pemerintah dalam menekan volume impor BBM.

Usai acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025), kepada wartawan, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu membeberkan soal bahan etanol itu. Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk menjadi lokasi pembangunan pabrik bioetanol adalah Lampung. Pasalnya, wilayah ini memiliki ketahanan terhadap suplai tebu, singkong, jagung, hingga sorgum.

"Provinsi Lampung salah satu provinsi yang memiliki ketahanan terhadap suplai tebu, singkong, jagung, sorgum," kata Todotua Pasaribu.

Salah satu pihak yang tertarik membangun pabrik bioetanol di Indonesia adalah Toyota. Ketertarikan Toyota dalam membangun pabrik etanol menyusul dengan kebutuhan perusahaan untuk memastikan ketersediaan bahan baku atau feedstock bioetanol.

Hal tersebut juga sejalan dengan langkah perusahaan yang sudah lebih dulu menggunakan hidrogen dan bioetanol dalam dunia otomotif. Bahkan beberapa produk Toyota sudah mampu beroperasi menggunakan etanol sebagai campuran BBM jenis bensin sebanyak 100% (E10). 

Rencana mandatori etanol pada BBM bensin tidak mengganggu produksi gula

Satu hal, Kementerian ESDM menegaskan bahwa rencana mandatori program pencampuran etanol 10% (E10) pada BBM bensin tidak akan mengganggu produksi gula. Bahan baku etanol berbasis nabati yang akan digencarkan pemerintah antara lain tetes tebu (molase), singkong, maupun sorgum.

Dalam penjelasannya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (30/10/2025), Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo menjelaskan, kebijakan E10 tidak akan mengganggu pasokan bahan baku untuk gula. Pasalnya, tetes tebu (molase) yang dimanfaatkan menjadi etanol merupakan produk samping dari tebu. Jadi, produksi untuk gula tidak akan terganggu.

Asal tahu saja. Bahan baku etanol berbasis nabati yang akan digencarkan pemerintah antara lain tetes tebu (molase), singkong, maupun sorgum.