Mengapa Edukasi Investor Masih Menjadi Tantangan?

Pertumbuhan investor baru yang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir memang membawa angin segar bagi pasar modal Indonesia. Namun, tingginya jumlah investor tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pengetahuan. Banyak investor ritel yang masuk karena pengaruh tren, konten media sosial, atau dorongan komunitas tanpa memahami analisis fundamental, manajemen risiko, maupun etika investasi.

Kesenjangan literasi inilah yang menjadi pintu masuk utama bagi terbentuknya fenomena saham gorengan. Informasi yang beredar di forum dan media sosial sering kali menyederhanakan risiko atau bahkan menyesatkan, sementara sebagian investor pemula belum memiliki kemampuan menyaring informasi yang kredibel. Di sinilah pentingnya penguatan edukasi yang terstruktur dan masif.

Pendekatan Penguatan Edukasi Investor

1. Pemanfaatan Teknologi sebagai Media Literasi

Platform digital mempunyai peran strategis dalam memperluas jangkauan edukasi. Kelas daring, video edukatif, simulasi transaksi, hingga podcast pasar modal dapat membantu investor memahami risiko. BEI, perusahaan sekuritas, dan institusi pendidikan dapat memperluas konten literasi yang mudah diakses dan berbasis data. Materi edukasi yang disajikan secara interaktif biasanya lebih mudah dicerna dan mampu menarik minat investor pemula.

2. Penguatan Program Edukasi Terstruktur

Program Sekolah Pasar Modal (SPM), Galeri Investasi BEI, dan kerja sama dengan perguruan tinggi sudah berjalan cukup lama, tetapi perlu diperkuat dari sisi kurikulum. Materi pengenalan risiko, pemahaman kasus manipulasi pasar, dan studi empiris dampak investasi spekulatif perlu diberikan secara lebih komprehensif. Edukasi tidak hanya berhenti pada prosedur pembukaan rekening saham, melainkan juga mencakup etika transaksi, manajemen portofolio, dan cara menganalisis laporan keuangan.

3. Mendorong Peran Perusahaan Sekuritas

Perusahaan sekuritas sebagai pintu masuk investor ke pasar modal memiliki tanggung jawab untuk memberikan penjelasan yang memadai mengenai risiko. Penyediaan research report berkualitas, sesi konsultasi, serta penyampaian informasi risiko ketika investor ingin mengeksekusi transaksi berisiko tinggi dapat menjadi upaya preventif. Pendekatan personal ini mampu membantu investor membuat keputusan yang lebih rasional.

4. Kolaborasi Industri dan Regulator

Kolaborasi antara regulator, pelaku industri, serta komunitas investor dapat memperkuat ekosistem literasi. Forum diskusi, kampanye publik, dan publikasi laporan berkala mengenai tren transaksi mencurigakan perlu disinergikan untuk meningkatkan kesadaran. Kolaborasi seperti ini juga mendorong terciptanya kultur pasar yang sehat dan transparan.

Membangun Investor yang Tangguh dan Berbasis Analisis

Pasar modal yang sehat memerlukan investor yang mampu menganalisis risiko secara objektif. Untuk mencapai hal tersebut, literasi dasar mengenai fundamental perusahaan, analisis kinerja, serta pengelolaan risiko harus menjadi pengetahuan umum bagi setiap pelaku pasar. Ketahanan investor tidak hanya bergantung pada kemampuan memperoleh keuntungan, tetapi juga pada kemampuan menghindari potensi kerugian akibat manipulasi.

Pemahaman mengenai konsep valuasi, struktur modal, tata kelola perusahaan, serta indikator kinerja keuangan dapat membantu investor melakukan penilaian yang lebih akurat. Selain itu, kemampuan membaca tanda-tanda anomali seperti lonjakan harga tiba-tiba tanpa disertai informasi material merupakan langkah awal untuk mencegah terjebak dalam saham gorengan.

Literasi sebagai Pilar Utama Perlindungan Investor

Fenomena saham gorengan kemungkinan tidak akan sepenuhnya hilang dalam waktu dekat, mengingat dinamika pasar yang kompleks dan variasi karakter investor. Namun, penguatan literasi dapat menjadi langkah signifikan dalam meminimalkan dampaknya. Pengawasan yang ketat dari regulator harus berjalan beriringan dengan pemahaman investor yang semakin matang. Semakin tinggi literasi, semakin rendah peluang investor terjebak dalam praktik spekulatif yang merugikan.