Fundamental: Evolusi Ekosistem Grab-Emtek jadi Turnaround Superbank!
Fundamental: Evolusi Ekosistem Grab-Emtek jadi Turnaround Superbank! Source: Superbank
EmitenNews.com - Transformasi PT Super Bank Indonesia Tbk merupakan studi kasus menarik mengenai reorganisasi strategis perbankan di Indonesia. Perusahaan ini awalnya didirikan pada 5 Maret 1993 di Bandung dengan nama PT Bank Fama International.
Selama hampir tiga dekade, entitas ini beroperasi sebagai bank konvensional dengan cakupan terbatas sebelum akhirnya memasuki era transformasi radikal pada tahun 2021 setelah diakuisisi oleh grup Elang Mahkota Teknologi (Emtek Group).
Langkah akuisisi ini diikuti oleh masuknya Grab dan Singtel sebagai pemegang saham strategis pada awal tahun 2022, serta KakaoBank Corp asal Korea Selatan pada tahun 2023.
Perubahan nama menjadi Superbank secara resmi dilakukan pada tahun 2023, yang diikuti dengan relokasi kantor pusat ke kawasan prestisius SCBD di Jakarta.
Struktur kepemilikan saham pasca-IPO mencerminkan aliansi multi-ekosistem yang sangat kuat. PT Elang Media Visitama (Grup Emtek) tetap menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi 27,07%, disusul oleh PT Kudo Teknologi Indonesia (Grab) sebesar 16,67%.
Kehadiran GXS Bank Pte. Ltd. (bank digital patungan Grab dan Singtel) sebesar 10,44% serta ASDB Holdings Pte. Ltd. sebesar 10,03% semakin mempertegas dukungan dari ekosistem teknologi regional.
KakaoBank, yang merupakan bank internet terbesar di Korea Selatan, memegang porsi 8,66%, memberikan akses langsung bagi Superbank terhadap desain antarmuka pengguna (UI), pengalaman pengguna (UX), serta teknologi perbankan digital kelas dunia.
Singtel Alpha Investments juga mempertahankan kepemilikan sebesar 7,36%, yang memberikan sinergi potensial dalam pemanfaatan data telekomunikasi.
Kekuatan dewan direksi dan komisaris juga menjadi faktor fundamental yang diperhatikan investor. Marsahala Siahaan (Tigor Siahaan), yang menjabat sebagai Presiden Direktur, membawa pengalaman perbankan senior yang luas, sementara kehadiran Zannuba Arifah (Yenny Wahid) dalam jajaran komisaris memberikan dimensi kepercayaan publik dan komitmen terhadap nilai-nilai inklusivitas.
Struktur organisasi ini didesain untuk menyeimbangkan antara kepatuhan regulasi perbankan yang ketat dengan budaya inovasi perusahaan teknologi. Sekitar 50% hingga 80% dari total karyawan Superbank terdiri dari tenaga ahli di bidang teknologi, ilmuwan data, dan pengembang produk, yang menegaskan identitas bank ini sebagai perusahaan berbasis teknologi tinggi.
Momentum Pembalikan Laba dan Pertumbuhan Aset
Data keuangan Superbank menunjukkan lintasan pertumbuhan yang sangat agresif dalam tiga tahun terakhir. Total aset perusahaan melonjak tajam dari Rp3,99 triliun pada akhir tahun 2022 menjadi Rp5,55 triliun pada tahun 2023. Lonjakan paling signifikan terjadi pada semester pertama 2025, di mana total aset tercatat sebesar Rp14,87 triliun, dan terus meningkat hingga menyentuh angka Rp16,5 triliun pada akhir September 2025.
Pertumbuhan aset ini didorong oleh ekspansi penyaluran kredit yang mencapai Rp9,04 triliun pada Q3 2025, merepresentasikan kenaikan sebesar 84% secara tahunan (year-on-year).
Dari sisi profitabilitas, Superbank berhasil mencatatkan prestasi monumental dengan membukukan laba bersih kurang dari satu tahun sejak peluncuran aplikasi secara luas pada Juni 2024.
Pada semester pertama 2025, bank mencatatkan laba bersih sebesar Rp20,1 miliar, dan meningkat menjadi Rp60,12 miliar pada akhir kuartal ketiga 2025.
Pembalikan kinerja dari kerugian menjadi keuntungan (turnaround) ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) yang sangat masif, yakni sebesar 176% (YoY) mencapai Rp1,1 triliun pada September 2025.
Pendapatan bunga bruto sendiri tumbuh 237% menjadi Rp904,7 miliar pada semester pertama 2025, menunjukkan efektivitas strategi penyaluran kredit digital yang berfokus pada hasil tinggi (high yield).
Baca juga: IPO SUPA dan Ledakan ARA: Standar Baru Ecosystem Banking Kah?
Related News
Flywheel Superbank: Akankah AI dan Ekosistem Grab Jadi Moat Abadi?
IPO SUPA dan Ledakan ARA: Standar Baru Ecosystem Banking Kah?
Pajak Ekspor Batubara: Sinyal Kritis Kompresi Marjin Komoditas?
Prospek BREN: Inkremental vs Valuasi Didorong Scarcity
BREN: Anomali Valuasi atau Masa Depan Hyper-Growth EBT?
Di Balik BREN: Mengukur Kredibilitas dan Skin in the Game Manajemen





