Christopher mengatakan, perseroan menargetkan pendapatan tahun ini bisa menyentuh Rp 347,86 miliar, tumbuh 31% dari realisasi pendapatan tahun lalu dan bottom line atau laba bersih bisa menyentuh Rp 63,87 miliar.

 

Hingga kuartal I-2023, penjualan BSBK naik 38% menjadi Rp 77,28 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp 55,91 miliar. Kenaikan pendapatan itu membuat perseroan mampu membalikkan posisi rugi bersih Rp 1,98 miliar di kuartal I-2022 menjadi laba bersih Rp 3,78 miliar.

 

"Pencapaian di tiga bulan pertama tahun ini sangat positif, penjualan kondotel Rp 9,73 miliar, melesat 292% dari Rp 2,48 miliar dan penjualan apartemen naik signifikan 368% menjadi Rp 2,6miliar dari Rp 556 juta. Sisanya disumbang pendapatan sewa, dan lainnya," kata Direktur Keuangan BSBK Leonardus Sutarman.

 

Pada kesempatan itu, BSBK juga sukses menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Hasilnya, pemegang saham menyetujui laba ditahan untuk mendukung ekspansi perusahaan.

 

Namun, sebagaimana disampaikan dalam prospektus penawaran umum perdana ( initial public offering /IPO) saham, mulai tahun buku 2023, perseroan akan berkomitmen membayar dividen tunai setiap tahun dengan jumlah sebanyak-banyaknya 20%.

 

Saham BSBK resmi listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 November 2022 dengan melepas 2,75 miliar saham dengan harga IPO Rp 100 per saham. Leonardus juga mengatakan, perseroan sudah merealisasikan dana hasil IPO sebesar Rp 275 miliar, sebagian besar dipakai membeli tanah seluas 1,2 hektare di Balikpapan dan sekitarnya.

 

Menurut dia, kebijakan pembayaran dividen mempertimbangkan, antara lain keuntungan atau saldo laba positif yang didapat pada tahun fiskal, kewajiban perseroan untuk mengalokasikan dana cadangan, dan kondisi keuangan perseroan.

 

"Selain itu, tingkat pertumbuhan perusahaan dan pengelolaan struktur modal juga menjadi pertimbangan penting dalam memutuskan pembagian dividen. Tahun buku 2022, kami tidak memiliki kebijakan pembagian dividen kepada pemegang saham," ujar Leonardus.