EmitenNews.com - Bank Tabungan Negara (BBTN) terus mengukuhkan diri sebagai bank peduli terhadap sektor informal mewujudkan mimpi memiliki rumah impian. Itu dibuktikan BTN dalam lima tahun terakhir. Selama fase itu, BTN telah menyalurkan KPR ke sektor informal sekitar 133 ribu unit atau Rp22 triliun. 

Mengacu data sejak BTN dipercaya sebagai bank penyalur KPR kali pertama pada Desember 1976 atau 47 tahun lalu, angkanya lebih besar lagi. BTN sejak 47 tahun silam, telah menyalurkan KPR ke sektor informal sekitar 410 ribu unit atau senilai Rp52 triliun. ”Sektor informal menjadi fokus kami lima tahun terakhir. Kami telah menyalurkan pembiayaan perumahan kepada driver ojek online, pedagang pasar, marbot masjid istiqlal, tukang cukur garut, guru honorer daerah Kendal, dan sektor informal lainnya,” tutur Nixon LP Napitupulu, Direktur Utama BTN, di Jakarta, Minggu (4/2). 

Menurut Nixon, sektor pekerja informal dinilai sebagai segmen potensial untuk digarap bisnis jasa layanan perbankan. Selain karena jumlahnya sangat besar, masih banyak belum mengakses layanan keuangan menjadi tantangan tersendiri bagi bank untuk bisa mencarikan solusi bagi pekerja informal. Untuk itu, pihaknya bersama pemerintah, dan BP Tapera terus berkolaborasi memenuhi kebutuhan pekerja informal memiliki rumah layak huni. 

Sebelumnya, pemerintah menerbitkan skema KPR sektor informal dengan produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Kini BTN berkolaborasi dengan BP Tapera meluncurkan produk Tabungan BTN Rumah Tapera menyasar pekerja informal melalui kredit pemilikan rumah (KPR) berskema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). 

Nixon menuturkan, Tabungan BTN Rumah Tapera tersebut dapat menjadi solusi bagi pekerja informal untuk mendapatkan fasilitas FLPP. “Kita harus bisa kalahkan asumsi selama ini menyebutkan sektor informal itu berisiko tinggi, sehingga sulit mendapat KPR,” ucap Nixon.

Lebih lanjut Nixon mengungkapkan, sektor perumahan, terutama segmen perumahan sederhana memberikan dampak multiplier sangat besar. Ada sekitar 185 sub-sektor pendukung perumahan turut berkontribusi dalam ekosistem pengembangan perumahan. ”Kemudian rumah sederhana juga memakai 90 persen produk lokal untuk membangun satu unit rumah,” tegasnya. 

Nah, dari sisi tenaga kerja, lanjut dia, sektor perumahan juga memberikan peluang untuk mengembangkan lapangan kerja Indonesia karena rata-rata setiap 1 rumah butuh 5 tenaga kerja. Artinya kalau ada 100 ribu unit rumah yang dibangun, diperlukan tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang. (*)