EmitenNews.com - Kalau tidak ingin mengalami krisis air bersih, hargailah lingkungan kita. Pesan penting itu datang dari Direktur Eksekutif dan Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Tri Mumpuni. Penyebab lain krisis air bersih, banyak orang yang tidak menghargai lingkungannya. Gawatnya, sejumlah 246 waduk atau bendungan yang telah dibangun pemerintah, belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Stok air banyak tetapi tercemar limbah berbahaya.

 

"Jadi lebih kepada kelakuan manusia sendiri yang tidak bisa menghargai lingkungan dan tidak bisa menghargai alam, tidak tahu daya dukung alam itu seperti apa," kata Tri Mumpuni dalam diskusi virtual, Senin (22/03/2021).  

 

Tri Mumpuni menyebutkan, stok air di Indonesia sangat besar, namun karena banyak yang tercemar limbah berbahaya otomatis mengurangi potensi ketersediaan air bersih. Terlebih di kota-kota besar, hampir semua waduk sudah tercemar limbah berbahaya. Sungai Citarum misalnya, yang berpotensi menjadi pemasok 80 persen air bersih bagi warga Jakarta, kondisinya sangat memprihatinkan dan bahkan dinobatkan sebagai sungai yang paling tercemar di dunia. 

Ketersediaan air bersih ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat, minimal dapat menjaga agar sumber air di lingkungannya tetap bersih dan tidak tercemar. Tri menyebutkan, IBEKA terus membantu agar akses air bisa dinikmati seluruh masyarakat, terutama yang termarjinalkan, terpinggirkan di daerah-daerah terisolir. "Yang kami lakukan adalah dengan Solar Pumping System, Hydraulic Ram Pump (hydram), dan teknologi sederhana lainnya yang mampu membawa air itu untuk bisa dinikmati oleh masyarakat."

 

Sayangnya, sejumlah 246 waduk atau bendungan yang telah dibangun pemerintah  belum mampu mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat. Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air (SDA) Firdaus Ali mengatakan persentase daya tampung bendungan yang ada saat ini, terhadap potensi ketersediaan air bersih hanya sekitar 5,74 persen atau 1.957.205 meter kubik. Padahal total 246 waduk itu tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. 

 

Di antaranya, 27 bendungan di Pulau Sumatera dengan total kapasitas tampung mencapai 4.349.297.000 meter kubik, 103 bendungan di Pulau Jawa dengan daya tampung 3.173.678.583 meter kubik. Selanjutnya 10 bendungan di Kalimantan dengan kapasitas 1.251.820.000 meter kubik, 92 bendungan di Nusa Tenggara dengan daya tampung 299.274.098 meter kubik, Kemudian 11 bendungan di Sulawesi dengan daya tampung 317.195.000 meter kubik, dan 3 bendungan di Maluku dengan daya tampung 299.274.089 meter kubik. 

 

Firdaus menjelaskan, penyebab utama krisis air bersih di Indonesia adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan dalam menyediakan air bersih. Menurutnya populasi terus bertambah dan aktivitas sosial masyarakat juga bertumbuh dan berkembang sehingga tentunya membutuhkan banyak air bersih. "Tapi di lain sisi kemampuan kita menyediakan infrastruktur untuk bisa mencukupi kebutuhan air bersih juga sangat terbatas. Terlebih, kondisi lingkungan saat ini berpengaruh sangat besar terhadap krisis air." ***