“Dengan adanya program ini tentu dapat mendorong permintaan akan minyak sawit dalam negeri dan dapat membantu menjaga harga CPO,” ujar Liza kepada EmitenNews.com 

 

Analis NH Korindo lainnya, Cindy Alicia mengungkapkan dari segi cuaca, berakhirnya La Nina diharapkan akan membawa pemulihan operasional. Ditambah peluang terjadinya El Nino pada semester 2 2023 yang dikenal dengan cuaca ekstrem juga diharapkan akan membawa dampak positif dalam hal penguatan harga. Catatan, El Nino merupakan iklim panas yang disertai dengan kekeringan berkepanjangan sehingga dapat memicu penurunan produksi sawit.

 

Menurutnya katalis negatif untuk CPO adalah beberapa negara tujuan ekspor misal seperti China masih dalam kondisi ekonomi yang belum stabil, padahal memiliki andil yang cukup besar terhadap konsumsi CPO. Dengan kondisi seperti ini, produk sawit yang diekspor oleh Indonesia pun tidak terserap sepenuhnya, sehingga perlu untuk mencari negara tujuan lainnya agar ekspor sawit di Indonesia pun kembali normal.

 

Terkait hal ini juga dari Uni Eropa mengenai Undang-Undang Antideforestasi Uni Eropa yang berpotensi menjegal produk sawit asal Indonesia, sehingga lagi-lagi Indonesia perlu untuk mencari negara-negara yang berpotensi untuk menyerap produksi sawit Indonesia.

 

Saham yang layak diperhatikan salah satunya SSMS yang berpotensi naik ke target 1400 dari pattern FALLING WEDGE. ADVISE : BUY ON BREAK ; or AVERAGE UP >1240. SL : jika SSMS closing di bawah 1190.

 

Sebelumnya, Head Of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan juga menyebut target terdekat SSMS untuk saat ini adalah di resistance 1280-1300, salah satu katalis utama karena kecenderungan peningkatan harga CPO dalam satu bulan terakhir. 

 

Hal ini salah satunya dipicu oleh ekspektasi penurunan produksi CPO ditengah kondisi cuaca ekstrim El Nino saat ini. Di sisi lain, ekonomi Indonesia sebagai salah satu konsumen tersebut CPO dan produk olahan CPO masih baik, sehingga menjaga tingginya demand dari Indonesia.