Harga CPO Menguat, Saham SSMS Dapat Beranjak Naik Lewati Harga History

Tandan buah segar (TBS) sawit berkualitas hasil panen perkenunan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). Foto/Rizki Emitennews.com
EmitenNews.com -PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), produsen crude palm oil (CPO) terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar, berada dalam posisi strategis untuk memanfaatkan kenaikan harga CPO global. Dengan fokus pada peningkatan produksi dan ekspansi ekspor, SSMS menargetkan produksi CPO mencapai 570 ribu ton pada 2025, naik 12,9% secara tahunan (YoY).
Riset dari Samuel Sekuritas yang diterbitkan pada, Senin 3 Maret 2025 menyatakan bahwa seiring dengan peningkatan produktivitas, SSMS juga mengoptimalkan efisiensi biaya dan pengurangan utang, yang diharapkan mendorong laba bersih 2025 mencapai Rp1,2 triliun, tumbuh 38,3% dibanding tahun sebelumnya. Dengan arus kas yang kuat, perusahaan berencana mempertahankan rasio pembayaran dividen sebesar 50%, yang mencerminkan imbal hasil dividen sebesar 24%.
Perusahaan Perkebunan dengan Integrasi Hulu ke Hilir kelapa sawit
Lebih lanjut, Riset Samuel Sekuritas ini juga menyoroti bagaimana cara SSMS berekspansi dengan berbasis di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, SSMS mengoperasikan perkebunan sawit seluas 115.571 hektare, dengan 82.634 hektare di antaranya telah ditanami. Dengan rata-rata usia pohon 15-16 tahun, perusahaan memiliki profil perkebunan yang produktif dan berkelanjutan.
SSMS juga telah memperkuat integrasi bisnisnya dengan kepemilikan 70,2% di PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT), yang berfokus pada pengolahan minyak sawit menjadi produk turunan bernilai tambah. Akuisisi CBUT pada 2023 memungkinkan SSMS memperluas jangkauan bisnisnya ke sektor hilir, yang tidak hanya meningkatkan margin keuntungan tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pihak ketiga.
Dari sisi operasional, SSMS mengoperasikan delapan pabrik kelapa sawit dengan total kapasitas 540 ton per jam (TPH), satu pabrik penghancur inti sawit (kernel crushing plant) berkapasitas 180 ton per hari (TPD), serta fasilitas biogas untuk mendukung efisiensi energi.
Strategi Ekspor dan Respons terhadap Tren Harga CPO
SSMS memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan strategi bisnisnya dengan kondisi pasar global. Saat harga CPO naik, perusahaan berencana meningkatkan ekspor ke negara-negara utama seperti India dan Vietnam. Sebaliknya, ketika harga melemah, kilang milik CBUT akan lebih difokuskan untuk pengolahan di dalam negeri.
Pada 2025, SSMS menargetkan hasil tandan buah segar (TBS) sebesar 23,7 ton per hektare dengan oil extraction rate (OER) 25%. Dengan asumsi total pemrosesan TBS mencapai 2,3 juta ton dan sekitar 70% produksi CPO dialokasikan untuk ekspor, perusahaan optimistis dapat meningkatkan margin keuntungan. Selain itu, implementasi kebijakan biodiesel B40 di Indonesia berpotensi menjadi katalis positif bagi harga CPO domestik. Jika program ini terealisasi dengan baik, permintaan CPO akan meningkat, memberikan dampak positif bagi SSMS dalam jangka panjang.
Proyeksi Keuangan: Laba Bersih Naik, Dividen Menarik
Didukung oleh peningkatan produksi dan efisiensi biaya, SSMS memproyeksikan pendapatan 2025 mencapai Rp11,2 triliun, tumbuh 6,2% YoY. EBITDA diperkirakan mencapai Rp2,7 triliun (+17,8% YoY), dengan margin EBITDA sebesar 24,3%.
Dengan strategi deleveraging, beban bunga diperkirakan berkurang, yang akan berdampak pada kenaikan laba bersih menjadi Rp1,2 triliun. Dengan posisi keuangan yang kuat, perusahaan berencana membagikan dividen dengan rasio pembayaran 50%, memberikan imbal hasil dividen sebesar 23,9%.
“Dari sisi valuasi, SSMS direkomendasikan BUY dengan target harga Rp2.500 per saham, yang mencerminkan price to earnings ratio (P/E) 2025 sebesar 20,6 kali dan potensi kenaikan harga saham sebesar 55,3%,” tulis Riset Samuel Sekuritas.
Meski prospek SSMS cukup cerah, beberapa faktor eksternal dapat menjadi tantangan, seperti volatilitas harga CPO global dan potensi gangguan operasional akibat faktor cuaca. Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga dapat berdampak pada biaya bahan baku, terutama untuk pupuk yang sebagian besar diimpor.
Namun, dengan strategi ekspansi, efisiensi operasional, serta dukungan dari integrasi bisnis hulu ke hilir, SSMS diyakini tetap berada di jalur pertumbuhan yang positif. Kombinasi antara peningkatan produksi, optimalisasi rantai pasokan, dan kebijakan dividen yang menarik menjadikan SSMS sebagai salah satu emiten perkebunan yang layak diperhitungkan di pasar saham Indonesia.
Related News

Layanan Wealth Management, BRI Hadirkan Private Signature di Surabaya

Dirut Bank BJB (BJBR) Mendadak Mundur, Kenapa?

Direktur BJTM Cicil Beli Saham Harga Pasar, Ada Alasan?

Digugat CMNP, Begini Dalih MNC Asia Holding (BHIT)

United Tractor (UNTR) Akan Lego 60% Saham Tambang Anak Usaha, Kenapa?

Medco Energi (MEDC) Ungkap Temukan Potensi Komersial