Indef Prediksi Ekonomi Tumbuh Melambat Tahun Ini, Berikut Jajaran Penyebabnya
EmitenNews.com—Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 akan melambat. Diproyeksikan, ekonomi akan tumbuh sekitar 4,9 persen pada kuartal I tahun ini.
"Pada 2023 efek global dirasakan akan semakin berat. Maka kami lihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2023 jauh lebih rendah dibandingkan kuartal IV 2022," ujar Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/2/2023).
Ia menuturkan, sepanjang 2022 ekonomi Indonesia memang tumbuh sebesar 5,31 persen, membaik dibandingkan 2021. Hanya saja, pada kuartal empat 2022 terjadi penurunan luar biasa, sehingga hanya tumbuh 5,01 persen.
Penurunan itu, lanjutnya, akan memberikan efek lebih besar pada kuartal I 2023. "Saya kira terjadi dan berlanjut. Efek pertama, inflasi pada Januari masih tinggi di atas lima persen, konsumsi masyarakat kuartal empat 2022 masih terdampak hanya tumbuh 4,9 persen, dan efek kenaikan BBM masih terasa sampai sekarang," tutur dia.
Tauhid menjelaskan, inflasi datang dari harga beras yang tetap tinggi pada awal 2023. Maka menurutnya, ini menjadi pekerjaan pemerintah menjaga inflasi agar tak menggerus daya beli masyarakat.
Pemerintah, kata dia, juga perlu mengakselerasi belanja guna memberikan stimulus demi menopang daya beli masyarakat. Dengan begitu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan terjaga.
Seperti diketahui, konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Beberapa sektor tekanannya pun luar biasa terjadi di beberapa industri sektor, saya kira mulai terasa 2023," tuturnya.
Related News
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya
BI Kerahkan Empat Instrumen untuk Jaga Stabilitas Rupiah
Membaik, Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II Surplus USD5,9 Miliar