EmitenNews.com - PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) memprakarsai deklarasi sinergi konstruksi berkelanjutan. Deklarasi tersebut mengambil lokasi di titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN). Deklarasi itu, akan menjadi titik awal komunikasi, dan sinergi rutin antar-pemangku kepentingan konstruksi untuk keberlanjutan di masa mendatang.


Direktur Utama Indocement, Christian Kartawijaya dalam peringatan Hari Bangunan Indonesia (HBI) dari Titik Nol IKN menyebut berbagai peluang kerja sama dengan Indocement, di antaranya dalam suplai material ramah lingkungan. ”Kami berkomitmen memproduksi produk semen ramah lingkungan rendah emisi CO2,” tegas Christian. 


Produk hijau itu, sesuai dengan target perseroan menurunkan emisi menjadi 575 kg CO2/t cement equivalent pada 2025, dan 490 kg CO2/t cement equivalent pada 203. ”Produk hijau kami siap memasok kebutuhan semen untuk membangun IKN,” imbuhnya. 


Sementara itu, Dirjen Bina Konstruksi PUPR Yudha menandaskan Peraturan Menteri No. 9 tahun 2021 tentang keberlanjutan konstruksi dapat menjadi landasan, dan guide untuk membangun kolaborasi dalam konstruksi berkelanjutan ke depan. ”Kami sangat senang atas inisiatif event ini sehingga cita-cita untuk memiliki bangunan, infrastruktur, dan kota berkelanjutan di masa mendatang dapat diwujudkan bersama,” tegasnya.


Peringatan HBI dari Titik 0 Ibu Kota Nusantara hasil kolaborasi dengan Kementerian PUPR, Institut Teknologi Kalimantan (ITK), dan Green Product Council Indonesia. Hajatan berisi diskusi publik itu, mengusung tema Mengirim Pesan Keberlanjutan dari Ibu Kota Baru. Selain Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya, dan Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Yudha Mediawan, pembicara lain yaitu Direktur Utama PT Jasa Marga Balikpapan Samarinda Jinto Sirait, Project Sales Manager PT ICI Paint Irdan Suherman, dan CFO PT SUN Energy Evy Susanty. 


Diskusi dibuka COO Green Product Council Indonesia Yoyok Setio Hermanto bersama Rektor ITK Prof Budi Santosa, sebagai kampus terdekat IKN. Yoyok optimistis akan terwujudnya konstruksi berkelanjutan, jika terus bergandengan tangan. 


Sekadar informasi, pada kuartal III-2022 Indocement membukukan volume penjualan domestik (semen dan klinker) total 12,4 juta ton. Turun 294 ribu ton atau 2,3 persen dari periode sama tahun lalu 12,7 juta ton. Volume penjualan semen domestik (tanpa klinker) tercatat 11,5 juta ton, turun 432 ribu ton atau 3,6 persen dibanding volume kuartal III-2021 yang menyebabkan pangsa pasar domestik menjadi 24,8 persen. 


Penjualan ekspor menurun 17,5 persen menjadi 275 ribu ton dari periode sama tahun lalu 333 ribu ton. Pendapatan neto menanjak 9,9 persen menjadi Rp11,66 triliun periode sama tahun lalu Rp10,60 triliun. Itu disebabkan kenaikan harga jual pada Maret, Juni, dan September/Oktober 2022.


Beban pokok pendapatan meningkat 17 persen menjadi Rp8,21 triliun dari edisi sama tahun lalu Rp7,01 triliun. Itu karena kenaikan biaya energi, terutama harga batu bara, mengurangi marjin laba kotor menjadi 29,5 persen dari periode sama tahun lalu 33,9 persen. Perseroan terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2 persen akhir 2021 menjadi 18,4 persen pada September 2022, termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV) dari 88 persen menjadi 91 persen. 


Peningkatan beban usaha 3,0 persen menjadi Rp2,38 triliun dari edisi sama tahun lalu Rp2,31 triliun. Tersebab kenaikan biaya transportasi, dan penyusutan penyewaan aset-aset mencakup penambahan sewa pada 2022. Penurunan pendapatan operasi lain-neto 19,2 persen menjadi Rp111,4 miliar dari Rp137,8 miliar disebabkan penurunan keuntungan penjualan material sisa (scrap). Akibatnya, pada kuartal III-2022, marjin laba usaha turun menjadi 10,0 persen dari 13,3 persen, dan marjin Ebitda berkurang menjadi 17,5 persen dari 22,3 persen. 


Perseroan mencatat pendapatan keuangan-neto lebih rendah 75,4 persen menjadi Rp27,7 miliar dari periode sama tahun lalu Rp112,8 miliar karena posisi kas lebih rendah dari program pembelian saham kembali. Beban pajak penghasilan-neto menurun 21,9 persen menjadi Rp259,3 miliar dari periode sama tahun lalu Rp331,9 miliar disebabkan penurunan laba. Efeknya, laba periode berjalan turun 21,6 persen menjadi Rp946,9 miliar dari periode sama tahun lalu Rp1,2 triliun.


Nah, dari pembayaran dividen tahun lalu termasuk program pembelian kembali saham telah dilakukan sejak Desember 2021 sebesar Rp2,72 triliun sampai September 2022, perseroan membukukan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas Rp3,5 triliun. Arus kas kuat dari operasi, dan upaya gigih manajemen meningkatkan modal kerja adalah kunci mempertahankan neraca keuangan perseroan yang tangguh. 


Dengan posisi neraca keuangan kuat, dan tanpa utang bank, Indocement siap menghadapi tantangan ekonomi sedang berlangsung termasuk kelebihan pasokan kapasitas industri semen, dan siap berpartisipasi pada peluang yang membawa sinergi lebih baik di masa depan. 


Berlawanan dengan pertumbuhan 1,2 persen semester I-2022, kontraksi selama tiga bulan terakhir menyebabkan pasar domestik semen melemah 1,1 persen pada akhir September 2022. Kontraksi beruntun itu disebabkan kenaikan harga semen akibat biaya energi tinggi dari harga batu bara. Kontraksi permintaan semen khususnya segmen semen kantong disebabkan banyaknya proyek renovasi dan pembangunan rumah tinggal tertunda setelah ada kenaikan harga BBM, inflasi, dan suku bunga naik. 


Kenaikan biaya logistik semen kantong akibat kenaikan harga beli BBM bersubsidi kembali membuat harga jual semen bergerak naik pada September, dan tentu pasar butuh waktu untuk penyesuaian. Namun, dengan perkiraan hujan lebat akan datang hingga awal 2023, dan tekanan eksternal dari situasi ekonomi global tidak menentu, perseroan tetap optimistis pangsa pasar semen akan membaik, semen domestik akan tumbuh datar tahun ini, dan tumbuh sekitar 1–2 persen pada 2023. 


Melanjutkan kerja sama perjanjian sewa guna usaha lainnya, Indocement menyewa pabrik Semen Bosowa di Maros dan beberapa terminal semen terkait lainnya. Itu akan memperkuat penetrasi pasar Indocement khususnya di wilayah Indonesia bagian timur, dan membuka peluang pangsa pasar ekspor lebih baik mengingat posisi strategis pabrik Maros. (*)