EmitenNews.com - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menggelontorkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp1,1 triliun tahun ini. Angka itu, nyaris tidak beda dengan alokasi tahun lalu.


Chief Executive Office Indocement Tunggal Prakarsa Christian KartaChiefwijaya menyebut dasar penetapan belanja modal tidak hanya mempertimbangkan ekspansi baru. Kapasitas terpasang pabrik semen di Indonesia telah melampaui permintaan pasar, sehingga terjadi kelebihan kapasitas. Kapasitas semen nasional pada 2020 mencapai 115 juta ton, dibanding permintaan mencapai 62 juta ton. Berdasar angka tersebut terungkap kelebihan kapasitas sekitar 53 juta ton.


Permintaan konsumen diperkirakan meningkat 5-6 persen atau sekitar 65 juta ton. Artinya, ada kelebihan kapasitas sekitar 55 juta ton. Sedangkan dari sisi produksi, produsen semen mengalami tekanan peningkatan biaya. Itu seiring meningkatnya biaya energi sebagai bahan bakar pembuatan semen, sekitar 40-50 persen.


Permintaan konsumen segera pulih. Sinyal pemulihan sudah mulai terlihat didukung peningkatan permintaan semen 1 persen pada Februari 2021. Peningkatan ini disebabkan optimisme masyarakat akan pemulihan ekonomi, seiring vaksinasi Covid-19 sejak Januari 2021.
Adanya dan tumbuhnya proyek residensial, akan menjadi penopang peningkatan permintaan semen beberapa waktu terakhir. Perkembangan proyek residensial ini disebabkan kebijakan uang muka (down payment/DP) kredit pemilikan rumah (KPR) 0 persen mendorong masyarakat membeli rumah.


Diharapkan proyek infrastruktur ikut berkembang tahun ini. Namun pengembangan proyek infrastruktur, seperti jembatan dan jalan menghubungkan Ancol-Kapuk, MRT II, Japex Indonesia, dan beberapa proyek infrastruktur lain baru akan dimulai setelah lebaran atau semester II-2021.
Perusahaan juga mulai mengekspor produk semen putih dan klinker. Tahun ini, perseroan akan mengekspor sekitar 600 ribu ton klinker dan semen putih. Nilai ekspor ini meningkat dari raihan tahun 2020 sebanyak 400-500 ribu ton.


Pada 2020, Indocement membukukan penjualan domestik, baik semen dan klinker 16,92 juta ton, menurun 10,1 persen dari 2019. Secara rinci, penjualan semen tercatat 16,21 juta ton, minus 9,1 persen dari 2019. Namun, penjualan ini lebih baik dari permintaan semen nasional menurun 10,4 persen.
Perusahaan berhasil meningkatkan pangsa pasar dari 25,5 persen pada 2019 menjadi 25,8 persen pada 2020. Pangsa pasar Indocement di Jawa dan luar Jawa mengalami pertumbuhan dari tahun lalu menjadi 34,8 persen dan 15,3 persen. Meski terjadi peningkatan pangsa pasar, pendapatan perseroan turun 11 persen menjadi Rp14,18 triliun pada 2020, dibandingkan tahun 2019 sebanyak Rp15,93 triliun.


Diakui, penurunan pendapatan ini dipengaruhi penurunan volume penjualan bersamaan rata-rata harga jual. Kemudian, beban pokok pendapatan pada 2020 turun 13,1 persen dari Rp10,43 triliun menjadi Rp9,07 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan volume penjualan dan harga batu bara lebih rendah pada 2020.


Selain itu, Penurunan juga terjadi pada laba tahun berjalan 1,6 persen menjadi Rp1,8 triliun dari Rp1,83 triliun pada 2019. Penurunan beban pokok juga disebabkan penghematan biaya produksi, terutama biaya energi dengan meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif dan batubara dengan nilai kalori rendah . Hasilnya, marjin laba bruto meningkat menjadi 36,1 persen pada 2020 dari 34,5 persen pada 2019. Meski laba bruto menurun sekitar 7 persen dari Rp5,5 triliun pada 2019 menjadi Rp 5,11 triliun pada 2020. (fsp)