EmitenNews.com -Data inflasi terbaru dari AS untuk Februari 2025 menunjukkan tanda yang menjanjikan bagi pasar dan pembuat kebijakan, dengan inflasi inti dan utama (headline) keduanya lebih rendah dari ekspektasi konsensus. Tingkat Inflasi Inti MoM untuk Februari tercatat sebesar 0,2%, turun dari 0,4% pada Januari dan lebih rendah dari perkiraan konsensus sebesar 0,3%. Secara tahunan, Inflasi Inti naik 3,1%, juga lebih rendah dari estimasi konsensus 3,2% dan lebih rendah dari angka 3,3% yang terlihat pada Januari.

Selain itu, tingkat inflasi utama tercatat sebesar 0,2% MoM, turun signifikan dari 0,5% pada Januari dan di bawah ekspektasi 0,3%. Secara tahunan, inflasi utama melambat menjadi 2,8%, lebih rendah dari konsensus 2,9% dan turun dari angka sebelumnya sebesar 3,0%.

Pelonggaran Inflasi Memberi Harapan bagi Fed yang Lebih Lunak

Data inflasi terbaru ini memberikan sedikit kelegaan bagi pasar dan dapat menjadi sinyal bahwa tekanan inflasi dalam ekonomi AS akhirnya mulai mereda. Selama berbulan-bulan, Federal Reserve berada di bawah tekanan untuk mengendalikan inflasi yang persisten melalui kenaikan suku bunga yang agresif. Namun, dengan inflasi inti dan utama kini melambat lebih cepat dari perkiraan, kemungkinan Fed akan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati ke depan.

Perkembangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah laporan Non-Farm Payrolls (NFP), yang menunjukkan bahwa ekonomi AS menambah 151.000 lapangan kerja pada Februari, lebih rendah dari perkiraan konsensus sebesar 160.000. Data pasar tenaga kerja yang lebih lemah ini semakin mendukung gagasan bahwa siklus pengetatan Fed mungkin mulai mendinginkan aktivitas ekonomi dan, secara tidak langsung, inflasi.

Kombinasi inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dan pertumbuhan lapangan kerja yang melemah dapat meningkatkan spekulasi bahwa Fed mungkin segera mempertimbangkan untuk menghentikan kenaikan suku bunga—atau bahkan mulai membahas kemungkinan pemangkasan suku bunga akhir tahun ini jika inflasi terus melambat.

Pasar Mencermati Langkah Selanjutnya dari Fed

Reaksi pasar terhadap data inflasi terbaru mencerminkan optimisme yang hati-hati. Saat artikel ini ditulis, S&P 500 (SPX) naik 0,73%, sementara Nasdaq 100 (NDQ) melonjak 1,42%, menunjukkan ekspektasi yang meningkat bahwa Fed dapat mengambil sikap yang lebih dovish. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average (DJI) turun tipis sebesar 0,06%, menunjukkan bahwa beberapa sektor masih berhati-hati.

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury 10-tahun (US10Y) naik 0,70% menjadi 4,314%, sementara imbal hasil Treasury 2-tahun (US02Y) naik 0,79% menjadi 3,980%, menandakan bahwa investor sedang menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap keputusan suku bunga ke depan.

Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,31%, mencerminkan ketahanan dolar meskipun ada data inflasi yang lebih lemah. Sementara itu, EUR/USD turun 0,33% sebagai respons terhadap dolar yang lebih kuat.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah (USOIL) naik 0,92% menjadi $67,15 per barel, kemungkinan didorong oleh sentimen pasar yang lebih luas. Di sektor kripto, Bitcoin (BTC) naik 0,27% menjadi $83.142, sementara emas (XAU/USD) relatif stagnan, naik 0,02% menjadi $2.916,29.

Pergerakan ini menunjukkan bahwa meskipun pasar saham menyambut baik data inflasi yang lebih rendah, kenaikan imbal hasil obligasi dan kekuatan dolar menunjukkan bahwa investor masih mempertimbangkan langkah selanjutnya dari Fed.

Konteks Historis: Bagaimana Fed Bereaksi dalam Situasi Serupa

Untuk memahami respons potensial Fed, ada baiknya melihat perbandingan historis.

  • 2019-2020 (Pra-Pandemi dan Awal Pandemi): Pada akhir 2019, Fed mulai menurunkan suku bunga di tengah perlambatan pertumbuhan global. Namun, pada 2020, pandemi COVID-19 memaksa Fed untuk memangkas suku bunga secara darurat dan meluncurkan program stimulus besar-besaran untuk mencegah kehancuran ekonomi. Jika inflasi saat ini terus menurun bersamaan dengan melemahnya pasar tenaga kerja, beberapa pihak mungkin berargumen untuk siklus pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan.
  • 2008-2009 (Krisis Keuangan Global): Selama krisis keuangan, Fed merespons dengan memangkas suku bunga hingga mendekati nol dan menerapkan pelonggaran kuantitatif. Meskipun ekonomi saat ini berada dalam kondisi yang jauh lebih baik, tanda-tanda pelemahan ekonomi dapat mendorong Fed menuju kebijakan yang lebih akomodatif untuk mencegah resesi yang lebih dalam.

Kasus-kasus historis ini menunjukkan bahwa jika pelemahan ekonomi semakin nyata, Fed dapat beralih ke kebijakan yang lebih longgar lebih cepat dari yang diperkirakan pasar.

Dampak Sektoral US: Pemenang dan yang Dirugikan

Perubahan kebijakan Fed akan berdampak berbeda pada berbagai sektor.