Inflasi November 2025 Terkendali, Pergerakan Harga dalam Batas Aman
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan nilai 1,21 persen. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,09 persen. Dok. Alodokter.
EmitenNews.com - Inflasi pada November 2025 terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa hal itu menunjukkan stabilitas harga menjelang akhir tahun 2025. Inflasi bulanan tercatat 0,17 persen, sedangkan inflasi tahunan mencapai 2,72 persen, dan inflasi tahun kalender di angka 2,27 persen. Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan nilai 1,21 persen.
Dalam keterangannya yang dikutip Selasa (2/12/2025), Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, angka tersebut menegaskan bahwa pergerakan harga di berbagai kelompok barang dan jasa masih dalam batas aman.
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan nilai 1,21 persen. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,09 persen.
“Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen,” ujar Pudji Ismartini saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/12/2025).
Kenaikan harga emas perhiasan yang dipengaruhi oleh pergerakan harga global, serta kenaikan pada komponen harga yang diatur pemerintah seperti tarif angkutan udara, berhasil diimbangi oleh penurunan harga di sektor pangan.
Beberapa komoditas pangan utama, seperti daging ayam ras, beras, dan cabai merah, justru mengalami deflasi (penurunan harga) dan menjadi penahan laju inflasi.
Tidak hanya itu, komoditas seperti telur ayam dan kentang juga mencatat penurunan harga, meskipun kontribusinya kecil.
BPS juga mencatat adanya penurunan rata-rata harga beras baik di tingkat penggilingan, grosir, maupun eceran, yang masing-masing turun 0,88 persen, 0,93 persen, dan 0,59 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Kondisi tersebut sudah sama dengan dua bulan sebelumnya, yaitu terjadi penurunan harga di setiap rantai pasok.
Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 28 provinsi mengalami inflasi, dan 10 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Papua, yaitu sebesar 1,69 persen. Deflasi terbesar terjadi di Aceh, yakni sebesar 0,67 persen.
Tekanan harga domestik relatif terjaga, di tengah volatilitas dan sentimen global
Laju inflasi November 2025 yang cukup terkendali itu, masih berada dalam rentang target Bank Indonesia (2,5±1%). Hal itu mengindikasikan tekanan harga domestik relatif terjaga, di tengah volatilitas dan sentimen global.
Kemarin, Badan Pusat Statistik mengumumkan laju inflasi bulan November sebesar 0,17% month-to-month (mtm), lebih rendah dari capaian inflasi bulan Oktober 0,39%. Sementara laju inflasi tahunan year-on-year (yoy) di level 2,72%.
Kondusifitas inflasi menjadi syarat pelonggaran kebijakan moneter, dalam hal ini suku bunga acuan Bank Indonesia. Rendahnya inflasi memungkinkan bank sentral membuka ruang penurunan suku bunga acuan sehingga laju ekonomi bisa dipercepat tanpa khawatir kenaikan harga.
Apakah BI bakal menurunkan lagi tingkat suku bunga acuannya, baiklah kita tunggu. Setidaknya, agar sindiran Menteri Keuangan Purbawa Yudhi Sadewa dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, beberapa waktu lalu, tidak telak. Dalam rapat itu, Menkeu Purbaya menyatakan bahwa ekonomi terlalu direm dan hanya mendapat dukungan fiskal semata, sementara moneter belum banyak membantu.
Kini, apakah indikator inflasi ini akan membuat BI melonggarkan rem suku bunganya, agar bisa bersama Kementerian Keuangan dengan fiskalnya menginjak gas sehingga laju roda ekonomi makin kencang. Baiklah kita tunggu. ***
Related News
Bencana Sumatera, Data BNPB Korban Meninggal 708 Jiwa dan 500 Hilang
KPK Jelaskan Peran Gus Yaqut dan Maktour dalam Kasus Kuota Haji
Rayakan Milad Pertama, Manulife Syariah Indonesia Komitmen Wakaf Air
Bencana Sumatera, Hitungan Celios Total Kerugian Rp68,67 Triliun
Korban Bencana Sumatera, 604 Jiwa Melayang dan 464 Masih Hilang
Patra Niaga Akselerasi Pasokan Energi ke Wilayah Bencana Terisolir





