EmitenNews.com - Nev Storage Energy (NSE) menyiapkan langkah strategis pengembangan Ladangbaja Murni (LABA). Ya, Calon pengendali baru perseroan itu, berencana menyelaraskan kegiatan usaha perseroan saat ini dengan rencana ekspansi bisnis NSE. 

Selain itu, NSE juga berencana untuk melanjutkan atau mempertahankan penjualan barang trading, dan manufaktur. Penyelarasan kegiatan usaha perseroan dengan rencana ekspansi bisnis NSE dilakukan melalui penyesuaian atas kegiatan usaha perseroan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik Indonesia.

Kemudian, kerja sama perseroan dengan perusahaan manufaktur baterai litium terkemuka Tiongkok. Nah, untuk kepentingan itu, NSE telah menyiapkan total nilai investasi untuk rencana kerja sama tersebut sekitar USD3 juta. Tahap awal, kapasitas produksi direncanakan mulai dari 1 GWh. 

NSE juga berencana melibatkan perseroan dalam kegiatan pengelolaan/manajemen aplikasi baterai litium, dan jaringan pertukaran baterai. Diharapkan agar produk dihasilkan dari kegiatan usaha yang disesuaikan, dan kerja sama tersebut akan memenuhi permintaan Indonesia, dan negara sekitar. 

Rencana bisnis itu, akan tunduk pada persetujuan, kepatuhan, dan pemenuhan terhadap persyaratan diatur dalam peraturan perundang-undangan berlaku. Langkah NSE itu, tidak lepas dari keinginan untuk menjadi pemain kunci dalam sektor transportasi, dan penyimpanan energi berkelanjutan. Di mana, NSE mempunyai visi akan pengembangan, dan penerapan teknologi baterai lithium. 

NSE akan menjadi pengendali perseroan dengan porsi kepemilikan saham 560 juta lembar atau setara 55,37 persen dari seluruh saham dikeluarkan perseroan, dan PT Longping Investasi Indonesia (LII) mengempit 240 juta saham atau 23,73 persen. 

NSE dan LII menggeser posisi Adyatama Global Investama (AGI) dengan porsi 480 juta lembar atau 47,46 persen, dan Alfa Omega Investindo (AOI) 320 juta lembar atau 31,64 persen dari seluruh saham dikeluarkan perseroan. 

Sebelum transaksi tuntas, harga saham perseroan meroket tajam. Berdasar data periode 1-7 Mei 2024 terjadi 9.749 frekuensi jual/beli saham senilai Rp13,33 miliar. Harga tertinggi mencapai Rp137 dan terendah Rp54, dengan total volume 1.288.505. Perseroan melihat kenaikan harga saham terjadi karena ada rencana pengambilalihan saham pemegang saham pengendali dan utama. (*)