Projek-projek yang banyak ini merupakan fokus utama yang akan di realisasikan. “Tentunya setiap keputusan dividen akan melalui kajian yang sangat cermat. Untuk saat ini fokus kami lebih kepada pengembangan dulu,” tegas Dia.

 

Perseroan menyatakan bahwa penawaran saham yang dilepas kepada publik saat ini tak terbatas pada suatu wilayah, dimana penawaran bisa dilakukan dimana saja dan menyasar investor dimana saja.

 

Sedangkan jika mengacu pada prospektus yang diterbitkan MBMA, disebutkan rekomendasi, penetapan jumlah, dan pembagian dividen akan diusulkan oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan Komisaris berdasarkan kebijaksanaan mereka dan akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk laba bersih Perseroan, ketersediaan cadangan wajib, kebutuhan belanja modal, hasil operasi, arus kas, dan pembayaran dividen kas oleh Perusahaan Anak. 

 

Hal tersebut selanjutnya bergantung pada berbagai macam faktor meliputi keberhasilan dalam mengimplementasikan strategi bisnis, keuangan, persaingan dan peraturan yang berlaku, kondisi perekonomian secara umum dan faktor-faktor lain yang spesifik terkait Grup MBM dan industri Grup MBM. Sebagian besar faktor tersebut berada di luar kendali Perseroan. 

 

“Setelah Penawaran Umum Saham Perdana ini, dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagaimana tersebut di atas, Direksi Perseroan dapat memberikan usulan pembagian dividen kas sebanyak-banyaknya 30% dari laba tahun berjalan mulai tahun 2026 berdasarkan laba tahun berjalan tahun buku 2025,” jelas Perseroan dalam prospektusnya.


Berdasarkan prospektus, komposisi pemegang saham setelah MBMA resmi melantai di bursa yaitu PT Merdeka Energi Nusantara yang merupakan anak usaha dari MDKA memiliki porsi kepemilikan 49,21 persen atau sebanyak 52,87 miliar. Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir memiliki 11,14 persen atau sebanyak 11,96 miliar saham.


Boy Thohir juga merupakan pemilik induk usaha, MDKA sebanyak 7,35 persen atau sekitar 1,77 miliar saham. Kemudian Winato Kartono memiliki 6,33 persen atau sekitar 6,79 miliar saham. Nama Winato Kartono sudah tidak asing lagi.


Dia adalah orang dibalik MDKA, PT Provident Capital Indonesia, PT Jingdong Indonesia Pertama dan Provident Capital Partners Pte Ltd. Selanjutnya Hardi Wijaya Liong memiliki 2,71 persen saham. Hardi merupakan wakil presiden direktur TBIG dan pemegang saham utama PT Provident Capital Indonesia, yang sejak awal mula adalah pemilik utama TBIG.


Kemudian muncul nama Edwin Soeryadjaya, Bos dari PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) dengan kepemilikan 2,13 persen atau sekitar 2,29 miliar saham. SRTG juga merupakan pemegang saham MDKA. 


Lalu Agus Superiadi yang juga merupakan mantan direktur PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dengan porsi kepemilikan 0,22 persen. Pemilik lain pada MBMA yaitu Huayong International (Hong Kong) Limited sebesar 7,58 persen, PT Prima Langit Nusantara dengan kepemilikan sebesar 4,16 persen. 


Selanjutnya PT Prima Puncak Mulia sebesar 3,79 persen, Philip Suwardi Purnama sebesar 2,42 persen dan Trifena sebesar 0,07 persen. Sementara itu, masyarakat akan mengantongi 10,24 persen atau 11 miliar saham saat IPO.