EmitenNews.com -Ida Dayak; sosok perempuan fenomenal belakangan ini. Bukan karena tampilan "kaleng-kaleng" untuk cari sensasi. Ia hadir untuk membantu orang banyak. Mereka yang membutuhkan pertolongan karena mengidap berbagai penyakit.

 

Tidak seperti Tabib lain, Ida Dayak melayani pengobatan secara gratis-tis, alias free cash. Caranya pun unik. Selain tampil dengan atribut budaya Dayak, pengobatan dilakukan dengan pijitan minyak Bintang secara sederhana, plus doa-doa dan tarian kecil khas suku Dayak.

 

Bukan hanya itu. Gaya pengobatannya pun sangat komunikatif. Tanpa membedakan agama, suku, dan kepercayaan. Semua dilayani dengan riang. Seakan tiada batas psikologis antara dirinya dengan pasien. Tempatnya pun di ruang-ruang terbuka, seperti pasar, halaman rumah, atau tanah lapang. Siapa pun boleh lihat. Boleh foto atau take video. Bebas. Tidak ada yang ditutupi.

 

Pengobatan secara humanis inilah yang menjadi magnet publik berbondong-bondong datang. Para pasien seperti ketemu ibunya sendiri. Ramah, menghibur, dan kelihatan kasih sayangnya. Masyarakat seakan menemukan momentum yang sangat dirindukan selama ini di tengah mahalnya biaya medis rumah sakit.

 

"Daya linuih" Ida Dayak telah menyihir banyak kalangan. Ia dinilai mampu mengobati berbagai penyakit dalam sekejap, khususnya kelainan tulang. Ibarat tukang sulap, tangan yang bengkok, kaki yang lumpuh, mulut yang kelu, dan lain-lain, hanya dipijit dengan minyak warna merah, seketika sembuh. Ajaib! Tidak sedikit keluarga pasien menangis terharu.

 

Fenomena pengobatan alternatif Ida Dayak pun jadi perhatian banyak orang. Silih berganti orang terkenal pada memuji. Tidak sedikit tokoh publik memanfaatkan jasanya, seperti Hendropriyono (mantan panglima TNI), Guruh Soekarnoputra, Ali Mukhtar Ngabalin, dan masih banyak lagi.

 

Bahkan mantan Menteri Kesehatan, Fadhilah Supari, menurut pengakuannya di salah satu acara sebuah TV sempat meneteskan air mata setelah melihat di media betapa bahagianya rakyat yang mendapatkan pertolongan Ida Dayak. Rakyat sangat terharu atas kebaikan dan kepedulian Ida Dayak yang ikhlas dan peduli tanpa bayaran.

 

Meski demikian, tidak sedikit orang yang mencela dan menuduh ini dan itu. Apalagi kalangan dokter yang hanya percaya pada prinsip keilmuan Barat. Sebagian orang memojokkan Ida Dayak telah melakukan praktik perdukunan. Ada pula yang menyamakan fenomenanya seperti aksi bocil Ponari asli Jombang Jawa Timur beberapa tahun lalu. Konon, Ponari dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit dengan modal batu ajaibnya. Entahlah.

 

Terlepas dari kontroversi itu, telah muncul pertanyaan kritis. Bagaimana Islam memandang sains medis dan munculnya fenomena Ida Dayak? Teori-teori sains medis seakan dimentahkan oleh cara pengobatan Ida Dayak. Pertanyaan itu mengemuka meski memang agak sedikit rumit untuk menjawabnya.