Japfa Comfeed (JPFA) Gelontor Dividen 35 Persen dari Laba Tahun Lalu Rp2,02 Triliun
EmitenNews.com - Emiten unggas, PT Japfa Comfeed (JPFA) bakal menggelontorkan dividen tunai Rp60 per saham. Dividen tunai dialokasikan nyaris 35 persen dari laba bersih edisi 2021 sejumlah Rp2,02 triliun. Jadi, perusahaan akan mengguyur pemegang saham dengan dividen tunai Rp707,9 miliar.
Penyaluran dividen itu, telah mendapat restu dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu (6/4). ”Peserta rapat menyetujui pembagian dividen dari tahun buku 2021 sekitar 35 persen alias setara Rp60 per lembar,” tutur Kepala Divisi Pengawasan Keuangan Japfa Comfeed Erwin Djohan.
Menyusul jumlah saham 11,72 miliar lembar, dana untuk pembayaran dividen ditaksir mencapai Rp703,59 miliar. Sekadar informasi, Japfa periode 2021 menoreh kinerja positif. Itu ditunjukkan dengan koleksi laba bersih Rp2,02 triliun. Melejit 119,56 persen dari edisi sama 2020 dengan tabulasi Rp920 miliar.
Selain itu, Japfa juga mencatat laba usaha senilai Rp3,52 triliun. Menanjak 41,93 persen dari fase sama tahun sebelumnya sejumlah Rp2,48 triliun. Kemudian, penjualan neto terakumulasi Rp44,88 triliun, melambung 21,42 persen dari periode sama 2020 di level Rp36,96 triliun.
Kontribusi penjualan terbesar pakan ternak 41 persen, peternakan komersial 29 persen, pembibitan unggas 10 persen, pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen 9 persen, budidaya perairan 6 persen, dan perdagangan dan lain-lain termasuk peternakan sapi 5 persen.
Selanjutnya, Japfa mengumpulkan Ebitda Rp4,54 triliun. Meroket 16,70 persen dari periode sama tahun sebelumnya di kisaran Rp3,89 triliun. Total aset terakumulasi sejumlah Rp28,59 triliun. Melesat 10,17 persen dari periode sama 2020 sebesar Rp25,95 triliun.
Belanja modal alias capital expenditure (Capex) sepanjang tahun lalu tercatat Rp1,92 triliun. Tabulasi tersebut meningkat 16,36 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sejumlah Rp1,65 triliun.
Menyusul kinerja apik itu, perseroan bakal menghadapi geopolitik global yang rumit yaitu perseteruan Rusia dan Ukraina. Kondisi itu, mengganggu rantai pasokan, dan lonjakan harga komoditas. Alhasil akan berdampak pada biaya bahan baku, bahan bakar, dan daya beli konsumen. Kemudian tekanan inflasi global, ancaman pandemi Covid-19 tahun ketiga dengan tingkat pemulihan tidak merata.
Oleh karena itu, perseroan akan fokus pada kesejahteraan karyawan, pengembangan diri, peningkatan teknologi melalui mobile, integrasi data, data science platform, internet terus mendominasi proyek digitalisasi. Selektif investasi capex, konsisten mengendalikan kas secara prudent. Terus fokus meningkatkan efisiensi, dan profitabilitas. (*)
Related News
IHSG Ditutup Turun 0,55 Persen, Terseret Sektor dan Saham Ini
Bos GEMA Belum Berhenti Serok Saham, Ada Aksi Korporasi?
Pendapatan Drop 34,7 Persen, RONY Catat Laba Naik di Kuartal III
Emiten Otomotif TP Rachmat (ASLC) Pertahankan Target Pertumbuhan 2024
WTON Sebut Capai Target Kontrak Baru Hingga 81 Persen di Oktober 2024
Dian Swastatika (DSSA) Rilis Surat Utang Rp3,5T, Bunga 6,5-8,62 Persen