EmitenNews.com - Strategi PT Bank BTPN (BTPN) menurunkan biaya bunga, dan menjaga biaya kredit mendongkrak laba bersih Januari-September 2021. Laba bersih tercatat Rp2,05 triliun, naik 32 persen dari periode sama tahun lalu Rp1,54 triliun.


”Bank BTPN mencatat hasil baik dari waktu ke waktu, didukung kondisi ekonomi membaik, optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi, dan strategi mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam beradaptasi pada era new normal,” tutur Ongki Wanadjati Dana, Direktur Utama Bank BTPN.


Peningkatan laba bersih itu, ditopang beban bunga turun 39 persen menjadi Rp2m76 triliun dari periode sama tahun lalu Rp4,54 triliun, biaya kredit turun 19 persen menjadi Rp1,59 triliun dari periode sama tahun lalu Rp1,95 triliun karena penyesuaian metode penerapan PSAK 71. Sementara, pendapatan bunga bersih naik 5 persen menjadi Rp8,31 triliun dari periode sama tahun lalu Rp7,93 triliun.


Selain itu, perseroan juga mencatat pendapatan operasional lain Rp1,45 triliun, naik 11 persen dari periode sama tahun lalu Rp1,31 triliun. Itu berasal dari peningkatan pendapatan fee, salah satunya dari penjualan produk investasi. Bank BTPN berhasil menjaga biaya operasional relatif tetap sama dengan tahun lalu, yaitu Rp5,1 triliun.


Beban bunga Bank BTPN tercatat lebih rendah sejalan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), peningkatan saldo, dan rasio Current Account Saving Account (CASA).  Suku bunga acuan BI tetap di kisaran 3,50 persen sejak Februari 2021, setelah mengalami penurunan Juli 2019.


Peningkatan saldo, rasio CASA, dan penurunan biaya dana term deposit rupiah, mengakibatkan penurunan biaya dana rupiah menjadi 3,5 persen dari periode sama tahun lalu di level 5,3 persen. Saldo CASA naik 37 persen menjadi Rp35,57 triliun, dari periode sama tahun lalu Rp25,95 triliun. Rasio CASA terhadap total dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat menjadi 34 persen dari 26 persen.


Pertumbuhan CASA juga dikontribusi digital banking, salah satu lini bisnis Bank BTPN. Sebagai salah satu pionir  pengembangan layanan perbankan digital, Bank BTPN terus meningkatkan keandalan Jenius, aplikasi life finance solution bagi para nasabah digital savvy, di tengah tantangan pandemi Covid-19. Jumlah pengguna Jenius tumbuh 22,3 persen menjadi 3,51 juta, dan jumlah DPK tumbuh 20,5 persen menjadi Rp14,66 triliun pada akhir September 2021.


Bank BTPN menyesuaikan kebutuhan DPK dengan kebutuhan pendanaan kredit, dan kebutuhan likuiditas. Total DPK tumbuh 2 persen menjadi Rp 103,23 triliun dari periode sama tahun lalu Rp100,80 triliun. Penyaluran kredit turun 7 persen menjadi Rp137,66 triliun dari Rp148,81 triliun. Selain itu, juga akibat penurunan aset 2 persen menjadi Rp183,02 triliun, dari Rp186,90 triliun. 


”Penyaluran kredit meningkat dibanding akhir triwulan sebelumnya. Jumlah kredit naik 1,5 persen kuartal-ke-kuartal, dan itu tanda baik, yaitu terjadi peningkatan aktivitas masyarakat,” ucap Ongki.


Bank BTPN terus menjaga kualitas kredit nasabah agar tetap berada di level sehat. Itu tercermin dari rasio gross NPL di level 1,56 persen, lebih rendah dibanding rata-rata industri tercatat 3,35 persen akhir Agustus 2021. Selain DPK, Bank BTPN memiliki sumber pendanaan terdiversifikasi termasuk fasilitas pinjaman dari SMBC.  


Rasio likuiditas, dan pendanaan berada di tingkat sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 224,7 persen, dan net stable funding ratio (NSFR) 114,7 persen posisi 30 September 2021. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada di kisaran 25,6 persen. (*)