EmitenNews.com - PT Bank Tabungan Negara (BBTN) bakal  menggelar right issue semester II-2022. Kepastian itu, tersaji dalam rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri BUMN Erick Thohir, Selasa (7/6/). Bersama BTN, ada 5 BUMN lain juga akan menggeber right Issue tahun ini.


”Komisi VI DPR menerima penjelasan, dan selanjutnya akan mendalami inisiatif corporate action. Antara lain Bank BTN akan menjual saham dalam portepel dengan skema right issue sesuai persetujuan penyertaan modal negara (PMN) tahun anggaran (TA) 2022 senilai Rp2,98 triliun dari cadangan investasi,” tutur Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima.


Anggota Komisi VI DPR Mufti A. N. Anam, mengaku sangat mendukung tambahan modal kepada BTN. Itu penting supaya akses masyarakat terhadap perumahan makin mudah, dan murah. Dengan begitu, backlog perumahan makin berkurang. ”Rakyat sudah banyak mengakses perumahan dengan mudah, dan murah melalui BTN. Saya sangat setuju dengan PMN BTN. Bahkan kalau BTN minta berapa pun, kalau perlu didukung teman-teman DPR,” tambah politisi PDIP itu.


Tidak disangkal, Bank BTN butuh suntikan modal. Itu karena rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) bank spesialis kredit perumahan tersebut tergolong kecil. Kondisi itu, menyulitkan BTN untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Kementerian BUMN melalui right issue ingin mendorong CAR BTN mencapai 19 persen. ”BTN butuh tambahan modal. PMN Rp2,98 triliun sudah disetujui. Tambahan modal itu, akan dilakukan melalui right issue kuartal III atau kuartal IV,” tegas Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo.


Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan penguatan permodalan terhadap BTN sebagai pemain utama kredit properti harus dilakukan. Tanpa penguatan modal tahun ini, kinerja BTN tidak akan optimal menangkap peluang besar sektor properti maupun mendukung program pemerintah. ”BTN ujung tombak pemerintah dalam program penyediaan rumah rakyat terutama kelompok masyarakat menengah bawah,” tegasnya.


Pada kuartal I-2022, BTN meraup laba bersih Rp774 miliar, melonjak 23,89 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp625 miliar. Net Interest Margin (NIM) tercatat 4,29 persem, tertinggi sejak 2019 lalu. Jauh melesat dibanding periode sama tahun lalu hanya 3,31 persen. Penyaluran kredit naik 6,04 persen menjadi Rp277,13 triliun, dari posisi sama tahun lalu Rp261,34 triliun. Pendapatan bunga bersih alias Net Interest Income (NII) BTN melesat 28,81 persen menjadi Rp3,57 triliun dari periode sama tahun lalu Rp2,77 triliun. 


Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross turun menjadi 3,6 persen dari 4,25 persen. NPL net tercatat 1,28 persen turun dari posisi 1,94 persen. Lompatan NIM, dan NII juga ditopang perbaikan struktur biaya dana atau cost of fund (COF) turun 1,28 persen menjadi 2,41 persen dari periode sama tahun lalu 3,69 persen. Itu didorong peningkatan porsi dana murah alias current account saving account (CASA) dari total dana pihak ketiga (DPK) meningkat menjadi 44,15 persen dibanding tahun lalu 38,2 persen. Sebaliknya, porsi deposito atau dana mahal turun menjadi 55,85 persen dari sebelumnya 61,8 persen.


Untuk memperbaiki biaya dana, BTN rela portofolio deposito turun 10,96 persen menjadi Rp162,27 triliun dari periode sama tahun lalu Rp182,25 triliun. Namun, tabungan tumbuh 10,49 persen menjadi Rp45,51 triliun, dan giro surplus 15,78 persen menjadi Rp82,75 triliun. Secara keseluruhan DPK turun menjadi Rp290,53 triliun dari periode sama tahun lalu Rp295,97 triliun. Efeknya, Loan to Deposit Ratio (LDR) BTN naik menjadi 95,39 persen.


Bank BTN menyalurkan kredit perumahan mencapai Rp248,57 triliun. Nah, dari jumlah itu, KPR Subsidi mendominasi senilai Rp134,04 triliun, tumbuh 9,01 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp122,96 triliun. KPR Non-subsidi tumbuh 5,16 persen menjadi Rp84,28 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp80,14 triliun. (*)