EmitenNews.com - Program konversi kompor listrik terus bergulir. Kementerian Perindustrian mencatat 15,3 juta kompor induksi atau kompor listrik akan disuplai oleh industri dalam negeri hingga 2025. Produksi dikebut mulai 2023. Pemerintah akan mengonversi kompor gas ke kompor listrik induksi untuk rumah tangga. Ini upaya mengurangi subsidi elpiji 3 kilogram yang banyak dinikmati masyarakat golongan mampu. Pemerintah berniat menyetop impor LPG pada tahun 2030.


Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut, telah menyiapkan program konversi tahun depan dengan menyasar 5 juta keluarga penerima manfaat. Ia mengklaim program konversi ini bisa menghemat anggaran negara.


Pemerintah dalam hal ini akan mengurangi peredaran elpiji 3 kg secara bertahap terutama di wilayah yang memperoleh jatah penyediaan paket kompor listrik induksi secara gratis. Namun demikian, terdapat sejumlah kendala dalam konversi kompor gas ke kompor listrik.


Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Kementerian Perindustrian, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (21/9/2022), Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronik Kemenperin, Taufik Bawazier mengatakan, rata-rata produksinya sebesar 5 juta kompor listrik per tahun mulai 2023. Itu termasuk produksi awal untuk uji coba di 2022 sebanyak 300 ribu kompor listrik. Kemudian meningkat ke 5 juta di 2023, 2024, dan 2025.


"Tahun 2022, kemampuan nasional kita bisa 300 ribu pcs, dan nanti ketika ada kepastian spek dan jenis kompor induksinya beberapa perusahaan yang eksisting, yang memproduksi kompor listrik akan menambah line investasinya khusus di kompor induksi. Itu di 2023 5 juta, 2024 5 juta, 2025 5 juta," kata Taufik Bawazier.


Dengan adanya konversi ini turut membawa nilai tambah, seperti hilirisasi hasil tambang dalam negeri. Dari sisi produksi misalnya, setidaknya akan ada penambahan tenaga kerja sampai penambahan investasi, dengan begitu akan memperkuat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).


"Jadi pengadaannya juga dengan TKDN, yang akan mendukung industri tumbuh. Secara bertahap juga hilirisasi, karena didalamnya ada tembaga, ada komponen lain yang bisa kita buat. Semua itu akan meningkatkan nilai tambah nasional, dari sisi jumlah," tuturnya.


Lini produksi untuk alat-alat dan testing mencakup 16 lini produksi setidaknya membutuhkan investasi Rp1 miliar. Kemudian untuk investasi tooling, seperti molding dan stamping sebesar Rp4 miliar.


Sementara itu PT Adyawinsa Electrical and Power akan memproduksi sebanyak 300.000 kompor listrik pada 2022. Dengan kapasitas produksi saat ini 10.000 kompor listrik per bulan, bisa ditingkatkan menjadi 100.000 per bulan. Pada 2023, PT Adyawinsa Electrical and Power akan memproduksi sebanyak 1,2 juta kompor listrik selama satu tahun.


PT Hartono Istana Teknologi dan Sutrado masing-masing memproduksi sebanyak 1 juta kompor listrik per tahun. Selanjutnya, PT Maspion Elektronik dan PT Selaras Citra Nusantara masing-masing akan memproduksi 300 ribu kompor listrik per tahun. Diikuti industri lainnya dengan perkiraan 1,2 juta kompor listrik per tahun.


Taufik menerangkan, secara teknis, dari sisi industri sudah siap memenuhi rencana tersebut. Kendati masih menunggu kepastian spesifikasi dan rincian yang nantinya ditetapkan oleh pemerintah. ***