EmitenNews.com - Kementerian Pertanian mengingatkan petani dan penyuluh di seluruh Indonesia agar jangan tergantung pada pupuk kimia, untuk peningkatan produktivitas lantaran bahan baku harus impor. Pandemi Covid-19, dan perubahan iklim memicu lonjakan harga hingga lima kali lipat, sedangkan suplai di pasar global menipis, akibatnya stok menurun sedangkan permintaan tetap.


Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyerukan hal itu saat membuka Bertani On Cloud (BoC). Webinar tersebut diadakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang bagi petani dan penyuluh di seluruh Indonesia, mengusung topik 'Cara Mudah Membuat Pupuk NPK Plus - Solusi Mahal dan Kelangkaan Pupuk´ secara virtual, Kamis (14/4/2022), dan ditutup Sabtu (16/4/2022).


"Saya sudah sering ingatkan, bahan baku pupuk kimia masih impor. Dampak pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, suplai turun tapi demand relatif tetap. Bisa dibayangkan akibatnya, harga bahan baku melejit, itu yang terjadi saat ini," kata Dedi Nursyamsi pada BoC volume 170 yang dihadiri 500 partisipan online tersebut.


Bahan baku pupuk kimia SP36 dari batuan fosfat, Indonesia impor dari Maroko, Tunisia dan sejumlah negara di Timur Tengah. Bahan baku KCL (kalium klorida) diimpor dari Kanada, Rusia dan Jerman. Bahan baku untuk pupuk SP36 itu harus impor karena kadar batuan fosfatnya di atas 30 persen, bahkan sampai 32 persen kadar P2O5-nya. Harga batuan fosfat impor naik dua kali lipat bahkan lima kali lipat.


Dedi Nursyamsi menambahkan Indonesia memiliki deposit batuan fosfat tapi kadar P2O5 maksimal 12 persen, sedangkan dari Maroko dan Tunisia sampai 32 persen. Begitu pula dengan KCL, di Indonesia depositnya minim juga kadarnya rendah. Karena itu, Indonesia terpaksa impor dari Kanada, Rusia dan Jerman.


Bahan baku pupuk NPK juga impor, karena ada unsur fosfor dan kalium, cadangan batuan mineral tersebut tidak dimiliki Indonesia. Harganya juga melejit padahal April dan Mei 2022 merupakan puncak panen raya. Indonesia swasembada bahan baku pupuk hanya untuk pupuk urea, bahan bakunya gas nitrogen, yang diproduksi pabrik pupuk Sriwijaya di Palembang dan Iskandar Muda di Aceh.


Webinar BOC yang dihadiri Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati itu dipusatkan di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (Kalsel). Tampil selaku host Aman N Kahfi dan narasumber Budiono, keduanya Widyaiswara BBPP Binuang.


Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo juga menegaskan, produksi pupuk Indonesia masih tergantung impor, salah satu bahan baku seperti fosfat harganya naik hingga tiga kali lipat. China yang selama ini menjadi produsen bahkan menyetop ekspor. "Harga pupuk di dunia naik, dan sebentar lagi akan menjadi persoalan. Menjelang puncak panen raya, permintaan pupuk akan meningkat seiring dimulainya musim tanam."


Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Bakir Pasaman mengatakan, langkah China stop ekspor fosfat berpengaruh besar terhadap situasi harga bahan baku secara internasional. Selain fosfat, bahan baku lainnya seperti KCL juga naik tinggi sekitar tiga kali lipat. Persoalan lain, kenaikan harga gas di Eropa yang memicu harga pupuk di pasar internasional terganggu. ***