EmitenNews.com - Suplai energi di Indonesia tahun 2022 meningkat sebesar 19% jika dibandingkan dengan pada tahun 2021. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap, catatan tersebut berasal dari data terbaru Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia (HEESI) tahun 2022. Laporan itu berisi data energi dan perekonomian Indonesia dari tahun 2012 hingga 2022.

 

Dalam keterangannya Selasa (23/5/2023), Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi mengatakan data tersebut dihimpun dari berbagai sumber, yakni seluruh unit kerja Kementerian ESDM, pembina sektor lain, para pemangku kepentingan, maupun sumber publikasi lainnya.

 

Suplai energi Indonesia pada tahun 2022 mengalami kenaikan cukup signifkan dari tahun sebelumnya yaitu 19% dengan nilai sebesar 1.739 juta BOE atau tertinggi sejak 2012. Sementara bauran energi primer masih didominasi oleh batu bara 42,38%, disusul minyak bumi sebesar 31,40%, gas 13,92%, dan EBT sebesar 12,30%. Bauran EBT ditargetkan mencapai 23% di tahun 2025.

 

Di sisi permintaan energi pada 2022, terdapat kenaikan konsumsi energi mencapai 31% yaitu sebesar 1.113 juta BOE, tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

 

Pada tahun 2022, sektor industri mempunyai share tertinggi dalam permintaan energi per sektor yaitu 43,21%, kemudian sektor transportasi 38,49%, rumah tangga 12,97%, komersial 4,34%, dan terakhir sektor lainnya 0,99%.

 

"Dominasi sektor industri pada demand energi tahun 2022 dipicu oleh penyerapan konsumsi batu bara domestik di sektor industri dan smelter," ujarnya.

 

Dari sisi komoditas, produksi batu bara pada tahun 2022 sebesar 687 juta ton atau lebih tinggi 12% dibanding tahun 2021, dari jumlah tersebut 465 juta ton diekspor ke sejumlah negara. 

 

Catatan yang ada menunjukkan, ekspor batu bara mengalami kenaikan sebesar 7% dari tahun 2021. Negara tujuan ekspor tertinggi adalah China dengan volume 173 juta ton.

 

Sementara itu, terjadi kenaikan cukup signifikan pada penjualan domestik batu bara sebesar 215 juta ton atau naik 62%. Kenaikan tertinggi terdapat pada sektor iron steel dan metalurgi yang naik sebesar 38 juta ton dibandingkan tahun lalu.