Keren! Inovasi Lima Mahasiswa UGM, Kembangkan Makanan Pencegah Stunting pada Anak
Inovasi Lima Mahasiswa UGM Kembangkan Makanan Pencegah Stunting pada Anak. dok. Okezone. ugm.ac.id.
EmitenNews.com - Keren nih anak-anak muda. Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi pembuat makanan tambahan (PMT) berupa sprouted snack bar (SSB) untuk mencegah stunting pada anak-anak. Kerennya, makanan tambahan ini, dapat memenuhi tiga zat gizi utama untuk mencegah stunting: protein, zat besi, dan seng.
Dalam keterangannya yang dikutip Selasa (20/9/2022), mahasiswa Fakultas Biologi UGM Adiva Aphrodita menjelaskan produk snack bar dipilih, antara lain karena cemilan ini disukai anak-anak dan memiliki masa simpan yang cukup lama. SSB yang dikembangkan itu, terbuat dari bahan utama kacang merah berkecambah, beras merah berkecambah, kacang kedelai berkecambah, dan pisang.
Adiva mengembangkan produk makanan itu, tidak sendiri. Ia bersama empat mahasiswa UGM lainnya. Yaitu Matilda Jesseline Gabriela Giovanni (Fakultas Biologi 2020), A. Najib Dhiaurrahman (Fakultas Biologi 2020), Felisitas Mellania Ajeng Anggraeni (FK-KMK 2019), dan Nur Afni Oktri Fiana (Fakultas Teknologi Pertanian 2019).
Makanan tambahan biasanya menggunakan fortifikasi untuk menambah zat gizi dengan bahan baku yang masih diimpor sehingga menimbulkan persoalan biaya. Melihat persoalan itu, lima mahasiswa UGM itu, membuat inovasi makanan tambahan dengan harga terjangkau dan bahan yang mudah ditemui.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen. Angka itu menurun 6,4 persen dari tahun 2018 sebesar 30,8 persen, namun masih tergolong tinggi dan berada di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen.
Adiva menuturkan bahwa bijian berkecambah memiliki kandungan protein dan mikronutrien lebih tinggi dibandingkan biji utuh karena proses perendaman dan perkecambahan dapat meningkatkan nutrien yang terkandung.
Kedelai, beras merah, dan kacang merah yang telah berkecambah, mengandung protein tinggi dan kadar fitat menurun yang mampu meningkatkan kadar zat besi dan seng. Konsumsi pangan tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin serum darah sehingga memicu pembentukan sel saat pertumbuhan dan menjaga organ hati sehat. Selain itu, zat besi membantu sintesis kolagen jaringan tulang, sementara seng membantu peningkatan panjang dan berat tulang femur.
Asal tahu saja, selain membandingkan kandungan produk antara bijian berkecambah dengan biji dorman, tim Adiva ini juga telah melakukan perbandingan dua metode pengolahan yaitu sangrai dan oven.
Mereka kemudian melakukan uji organoleptik produk pada anak SD, uji nutrition facts, dan uji in vivo. Kesimpulannya, inovasi SSB tersebut mampu menjadi alternatif jajanan bergizi untuk anak sekolah. Dengan adanya produk ini, diharapkan ada peningkatan kualitas makanan untuk anak-anak sehingga dapat menekan angka stunting di Indonesia.
Gangguan tumbuh kembang
Laman promkes.kemkes.go.id menyebutkan, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Anak-anak disebut mengalami stunting jika pertumbuhan tubuhnya lebih pendek dibanding anak lain seusianya. Atau tinggi badan anak berada di bawah standar kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Informasi yang ada menyebutkan, stunting terjadi akibat anak tidak mendapatkan asupan gizi memadai dalam 1.000 hari pertama setelah kelahirannya, atau semenjak anak masih dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Stunting setelah kelahiran akan mengganggu pertumbuhan dan memiliki dampak fungsional yang merugikan pada anak.
Di luar itu, stunting pada anak juga bisa disebabkan karena masalah selama kehamilan, persalinan, penyusuan, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mengandung cukup nutrisi. Stunting juga bisa terjadi akibat pola asuh kurang baik dan kebersihan lingkungan buruk, sehingga anak sering terkena infeksi.
Beberapa dari dampak tersebut antara lain kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, kehilangan produktivitas dan, bila disertai obesitas di masa kanak-kanak akan meningkatkan risiko penyakit kronis terkait gizi saat dewasa.
Nah, masa kanak-kanak adalah waktunya, membangun pola makan yang baik dengan mengenalkan berbagai makanan bergizi pada anak. Penting juga untuk mengetahui cara mencegah stunting agar anak bisa mendapatkan asupan nutrisi memadai. ***
Related News
Indonesia, Tantangan Pemberantasan Korupsi Butuh Komitmen Pemerintah
Dari CEO Forum Inggris, Presiden Raih Komitmen Investasi USD8,5 Miliar
Menteri LH Ungkap Indonesia Mulai Perdagangan Karbon Awal 2025
Polda Dalami Kasus Kabag Ops Tembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan
Ini Peran PTPP Dalam Percepatan Penyelesaian Jalan Tol Jelang Nataru
Keren Ini! Rencana Menaker, Gelar Bursa Kerja Setiap Pekan