EmitenNews.com - Realisasi kerja sama QRIS mancanegara (cross-border) dengan China dan India diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar internasional bagi perusahaan jasa pembayaran asal Indonesia.

Demikian harapan SVP IT Infrastructure & Security Management PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) Aries Fajar Kurnia, seperti disampaikan di Jakarta, Selasa (18/11/2025).

Dalam penerapan cross-border QRIS selama ini, negara-negara ASEAN, yakni Malaysia, Thailand dan Singapura, masih menjadi pangsa pasar terbesar bagi anak usaha BUMN Danareksa dan Telkom Indonesia tersebut.

Sementara itu pangsa pasar di Jepang belum dapat dievaluasi karena cross-border QRIS baru diterapkan di Negeri Sakura sejak 17 Agustus 2025.

“Kami lagi monitor itu yang China sama mungkin di India. Jadi, memang itu dua negara pasti akan cepat naiknya dibanding yang ASEAN dan Jepang karena memang trendnya orang-orang Indonesia banyak yang liburan ke sana juga,” ucap Aries Fajar Kurnia.

Terkait kolaborasi cross-border QRIS dengan Tiongkok, Aries menyampaikan bahwa proyek percontohan (pilot project) sudah dimulai sejak 17 Agustus lalu, bersamaan dengan diresmikannya implementasi QRIS di Jepang.

Pengembangan pembayaran lintas negara tersebut pada dasarnya adalah skema kerja sama antarpemerintah (government-to-government/G2G), sehingga pihaknya belum mengetahui kapan peluncuran resmi layanan QRIS di China.

Meskipun demikian, Aries memastikan pihaknya siap mengikuti aturan sektor pembayaran di negara-negara yang menjadi target penerapan QRIS tersebut, terutama terkait dengan keamanan transaksi.

Keamanan dalam transaksi cross-border QRIS harus dibangun melalui penguatan internal maupun standardisasi dengan mitra eksternal.

“Kami harus pastikan bahwa kami ini sudah patuh dulu dengan standar yang disampaikan oleh Bank Indonesia,” katanya.

Kepatuhan tersebut termasuk ketersesuaian dengan regulasi dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI), sertifikasi International Organization for Standardization (ISO), kerangka kerja Cybersecurity Framework, hingga aturan dalam Payment Card Industry (PCI) Data Security Standard.

Setelah memperkuat sisi internal, pihaknya juga akan memastikan mitra penyedia jasa pembayaran (payment switching) di negara lain, juga menerapkan standar keamanan yang setara, terutama terkait data handling.

Sistem tersebut memungkinkan Jalin dan mitranya di negara lain untuk berdiskusi dan berbagi informasi tentang penanganan fraud maupun attack surface (titik potensial yang dapat diserang oleh pelaku kejahatan siber).

Aries Fajar Kurnia mengapresiasi peran Bank Indonesia selaku regulator serta Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) selaku wadah organisasi pelaku jasa pembayaran dalam mengembangkan ekosistem layanan pembayaran lintas negara tersebut.

Sementara itu Bank Indonesia terus melakukan evaluasi terkait implementasi PBI tentang keamanan siber (cyber security), sedangkan ASPI senantiasa mendorong kepatuhan dan meningkatkan kesadaran (awareness) para anggotanya untuk mewaspadai bahaya serangan siber melalui serangkaian simulasi kasus. ***