Sedangkan secara keseluruhan margin perseroan mengalami peningkatan. Gross margin kembali stabil setelah mencatatkan penurunan pada 2Q23 (1,460bps QoQ, -200bps YoY) yang dikarenakan piutang yang sudah dikonversikan dari kuartal sebelumnya. Efisiensi perseroan juga terefleksikan dari meningkatnya operating margin (1,730bps QoQ, 270bps YoY) seiring dengan kenaikan beban umum dan administrasi yang meningkat jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan pendapatan, sehingga membawa net profit margin meningkat tajam (1,850bps QoQ, 770bps YoY).

 

Sementara itu, Indonesia merupakan salah satu negara eksportir LNG terbesar secara global dengan ekspor sebesar 15.5 bcm. Konsumsi gas semakin stabil didukung dengan perbaikan permintaan dari AS dan China, meskipun pertumbuhan tersebut cenderung moderat karena pelonggaran kebijakan konversi batubara China. Namun pertumbuhan akan berlanjut dalam jangka panjang seiring dengan komitmen berbagai negara untuk mencapai zero net carbon emissions pada 2035.



Indonesia merupakan negara penghasil batubara terbesar ketiga setelah China dan India, dengan total produksi pada FY22 sebesar 687 juta ton (7.5% dari total produksi global). Produksi batubara telah bertumbuh stabil selama satu dekade terakhir dengan CAGR 6% pada FY12-FY22 dan diekspektasikan akan terus meningkat dengan CAGR 0.42% hingga 2026. Namun perkembangan produksi pada tahun sebelumnya dikarenakan berbagai situasi makro, seperti krisis energi, konflik geopolitik, serta volatilitas harga komoditas. Pertumbuhan yang moderat pada tahun-tahun mendatang akan dipengaruhi  oleh dampak dari transisi energi global, meski kami memperkirakan energi fosil tetap dibutuhkan dalam transisi energi.

 

Kementerian ESDM menargetkan produksi batubara Indonesia FY23 mencapai 694.5 juta ton, meningkat 4.75% dibandingkan target FY22 sebesar 663 juta ton. Peningkatan target tersebut seiring dengan produksi batubara yang melebihi target sebelumnya, mencapai 687 juta juta ton (103.68% dari target FY22). Hingga saat ini, realisasi produksi batubara sudah mencapai 617.39 juta ton (88.90% dari target FY23). Sementara itu, APBI mengestimasikan produksi batubara domestik akan melebihi 700 juta ton yang disebabkan oleh permintaan yang meningkat dari China dan India, dimana diestimasikan produksi akan terus meningkat hingga 4Q23 yang dapat membantu meningkatkan permintaan dan tarif harga kapal Tug and Barge.

 

Peningkatan aktivitas pada industri minyak mentah dan gas terlihat dari investasi di offshore untuk eksplorasi dan produksi yang mulai meningkat setelah sebelumnya mencatatkan penurunan akibat pandemi Covid-19. Dalam dua tahun terakhir, investasi tercatat telah kembali tumbuh 15.60% YoY pada FY22 mencapai USD163 miliar yang digunakan untuk eksplorasi dan pengeboran dan diproyeksikan akan melanjutkan peningkatan hingga 2026 mencapai USD198 miliar (CAGR 6.20%). Harga minyak mentah cenderung lebih rendah dibandingkan FY22, membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak pada industri O&G untuk melakukan investasi pada eksplorasi dan produksi yang akan meningkatkan investasi menjadi USD189 miliar, atau meningkat 15.95% YoY pada FY23F.

 

Meningkatnya aktivitas dari industri minyak mentah dan gas offshore menjadi katalis positif bagi industri kapal pendukung dengan kapal AHTS dan PSV yang sangat tinggi akan permintaan untuk mendukung kegiatan offshore. Permintaan global terhadap kapal pendukung diperkirakan akan terus meningkat hingga 2030 dengan dampak terbesar terhadap Timur Tengah dan Amerika Selatan. Meningkatnya permintaan disertai dengan jumlah armada yang terbatas akan menciptakan kondisi pasar yang ketat, yang akan menjadi katalis bagi perusahaan yang bergerak dalam mendukung aktivitas offshore.