EmitenNews.com - Surya Biru Murni Acetylene (SBMA), perusahaan gas industri terkemuka, bakal membagi dividen tahun buku 2023 senilai Rp1,1 miliar. Dasar pembagian dividen itu, tabulasi laba bersih 2023 senilai Rp4,73 miliar. Melejit 5,53 persen dari periode sama 2022 senilai Rp4,48 miliar.

Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan pada Jumat, 17 Mei 2024. Peningkatan penjualan perusahaan didorong realisasi operasional pabrik baru mulai pada Juni 2023. Dampak positif dari operasional pabrik itu, mulai terasa pada akhir 2023, dan kuartal pertama 2024. ”Penjualan makin naik, biaya produksi menurun, sehingga kami optimistis kinerja akan terus membaik," terang Direktur Operasional Surya Murni Iwan Sanyoto.

Surya Murni mencatat pertumbuhan signifikan pada kuartal pertama 2024, dengan laba bersih melonjak 122,96 persen menjadi Rp2,01 miliar dibanding periode sama tahun lalu Rp903,75 juta. Lompatan itu, tercermin dalam laba per saham dasar naik dari Rp0,97 menjadi Rp2,17 per lembar.

Katalis utama di balik peningkatan laba Surya Murni kenaikan pendapatan usaha 9,01 persen, mencapai Rp28,89 miliar dari Rp26,50 miliar pada periode sama tahun lalu. Produk utama seperti Acetylene, Oxygen, dan Argon berkontribusi signifikan. Penjualan Acetylene tercatat Rp8,69 miliar, Oxygen Rp6,65 miliar, dan Argon Rp5,81 miliar, sementara produk lainnya menyumbang Rp3,91 miliar.

Sukses itu, tidak lepas dari kemampuan perseroan mengendalikan beban pokok pendapatan tetap stabil Rp15,53 miliar, hampir sama dengan tahun lalu Rp15,08 miliar. Dengan demikian, laba kotor perusahaan meningkat 18,45 persen dari Rp11,42 miliar menjadi Rp13,53 miliar. Total aset per 31 Maret 2024 mencapai Rp283,45 miliar, naik 2,63 persen dari akhir 2023 senilai Rp276,17 miliar. 

Peningkatan aset itu, didukung ekuitas mencapai Rp217,46 miliar, dan liabilitas naik menjadi Rp65,98 miliar. Pangsa pasar perseroan sangat banyak, dan masih banyak ceruk pasar belum dimaskimalkan, sementara perseroan masih punya kapasitas terpasang bisa dinaikkan tahun ini. ”Investasi pabrik benar-benar bisa lebih dari 100 persen dari desain kapasitas. Itu sesuatu menggembirakan dengan performa bagus dengan lebih ekonomis sehingga biaya produksi juga turun, sehingga lebih ringan untuk lari bersaing dengan kompetitor. Itu membuat perseroan optimistis pendapatan atau omzet makin naik terus,” tegas Iwan.

Perseroan sudah memegang sekitar 80 persen kontraktor besar sektor mining di kalimantan. Tetapi hospital atau rumah sakit dalam bentuk liquid harus dinaikkan, kemudian bidang petrokimia masih sangat potensial. Apalagi kalimantan saat ini banyak proyek baru seperti smelter ada juga komplek industri baru di kalimantan Utara. ”IKN akan menjadi magnet baru di Indonesia. Sangat dekat Balikpapan, kebetulan head office kami ada di balikpapan sehingga makin menjadi katalis bagus untuk perseroan,” kata Iwan.

Meski prestasi ini membanggakan, Surya Murni dan industri migas secara umum masih menghadapi tantangan besar, termasuk fluktuasi harga minyak dunia, perubahan regulasi pemerintah soal lingkungan, dan persaingan ketat. Industri ini juga berada di bawah tekanan untuk beralih ke energi lebih ramah lingkungan seiring peningkatan kesadaran global terhadap perubahan iklim.

Selanjutnya, Surya Murni berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi operasional, dan inovasi produk guna mempertahankan pertumbuhan positif. Selain itu, perusahaan juga akan mengadopsi praktik-praktik keberlanjutan dalam operasional untuk merespons isu-isu lingkungan.

Capaian kuartal pertama 2024 tidak hanya menjadi prestasi tersendiri tetapi juga menjadi contoh bagi perusahaan lain industri migas. Dengan pengelolaan baik, kontrol biaya ketat, dan inovasi produk berkelanjutan, industri migas Indonesia diharap terus tumbuh, dan berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional di tengah tantangan global terus berkembang. (*)