KKP Catat Potensi Transaksi USD 54,6 Juta dari Pameran Produk Perikanan di Barcelona

Dikatakannya, selama pameran SEG, delegasi KKP melakukan koordinasi dengan World Programme Supervisor SIPPO Headquarter-Swiss terkait rencana FBM yang akan dilaksanakan pada September 2023. Selain itu, KKP sebagai Business Support Organization (BSO) dalam program SIPPO di sektor kelautan dan perikanan juga melakukan pendekatan kepada 9 importir Eropa untuk ikut berpartisipasi pada FBM, yaitu Victor Sanchez Baas, Fishermans Choice, Klaas Puul, Seafood Connection, Delfin Ultracongelados, Sturtzer Co, Shrimp Insights, Het Urker Zalmhuys, dan Mariscos Castellar.
"Beberapa catatan selama diskusi, untuk pasar udang di Eropa, supplier harus mampu bersaing dalam hal kontinuitas, harga, mutu, dan sertifikasi (pihak ke-3)," urainya.
Kemudian terkait sertifikasi, masing-masing target pasar memiliki pemenuhan persyaratan yang berbeda, dimana untuk retail mewajibkan pemenuhan sertifikat ecolabel seperti ASC, IFC, BSCI, BRC, BAB dsb.
Sebagai informasi, pada 5 tahun terakhir, pangsa pasar Indonesia di UE rata-rata sebesar 1,1% atau senilai USD367,05 juta dari total impor UE yang mencapai USD36,68 miliar dan mengalami tren positif 2,6% per tahun. Adapun Spanyol merupakan hub utama masuknya produk perikanan dunia ke pasar UE dan kawasan Mediterania. Dalam 5 tahun terakhir, Spanyol menyumbang 18,6% kebutuhan impor produk perikanan di Uni Eropa atau senilai USD6,14 miliar.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menargetkan ekspor hasil perikanan Indonesia bisa mencapai USD7,66 miliar atau setara Rp 116, 1 triliun (kurs Rp 15.160). Selain itu, ditargetkan komoditas budidaya unggulan dalam negeri mampu merajai pasar ekspor dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun mendatang.
Related News

Menteri Erick Ungkap, Tinggi Ketergantungan Indonesia pada AS

Target Pemerintah, Defisit APBN 2026 Pada Rentang 2,48-2,53 Persen

Menkeu Bagikan Kabar Baik, Per April 2025 APBN Surplus Rp4,3T

Menperin Beber Dampak RI Gabung BRICS Buat Industri Manufaktur

Indonesia: Energi Harus Dianggap Aset Trategis, Bukan Cuma Komoditas

Mei Momentum Tepat bagi BI Turunkan Bunga Acuan, ini Alasannya