Konflik Timur Tengah, Kemendag Pastikan Distribusi Barang Impor Lancar
Ilustrasi Kapal induk USS America melintas di Terusan Suez, Mesir. dok. Kompas. (Wikipedia).
EmitenNews.com - Kabar baik dari Kementerian Perdagangan. Kemendag memastikan distribusi barang-barang impor masih masuk kategori lancar meski situasi geopolitik di Timur Tengah sedang memanas.
Dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (19/4/2024), Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Budi Santoso menyebutkan Kemendag terus memantau kondisi terkini, terlebih pada distribusi yang melalui jalur Terusan Suez.
"Biasanya yang melalui jalur Terusan Suez kan gandum, tapi sampai saat ini masih lancar, belum ada kendala," ujar Budi Santoso.
Kemendag terus mendapat laporan terkini dari perwakilan dagang yang berada di luar negeri terkait dengan pengiriman barang-barang impor.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pelaku usaha untuk menahan impor produk konsumtif di tengah situasi ketidakpastian global yang terjadi saat ini.
Satu hal, meski meyakini fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi gejolak di Timur Tengah, pemerintah tetap bersiaga mengantisipasi segala kemungkinan buruk. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, misalnya, meminta BUMN mengantisipasi dampak dari gejolak ekonomi dan geopolitik dunia.
"Situasi geopolitik juga semakin bergejolak dengan memanasnya konflik Israel dan Iran beberapa hari lalu," ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangannya, Kamis (18/4/2024).
Menteri Erick Thohir mencontohkan inflasi Amerika Serikat sebesar 3,5 persen, yang membuat langkah bank sentral AS, atau the Fed untuk menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Kondisi ini memicu menguatnya USD terhadap rupiah, dan kenaikan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dan Brent, masing-masing telah menembus USD85,7, dan USD90,5 per barel.
Bahkan, apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat, harga minyak bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai USD100.
Kondisi tersebut telah melemahkan rupiah menjadi Rp16.000-Rp16.300 per USD dalam beberapa hari terakhir. Nilai tukar ini bahkan bisa mencapai lebih dari Rp16.500 apabila tensi geopolitik tidak menurun. ***
Related News
Potensi Aset Rp990 Triliun, Asbanda Siap Dukung Pembiayaan PSN
Ajak Investor Inggris Investasi di EBT, Menteri Rosan Buka Peluangnya
PKPU Pan Brothers (PBRX) Soal Utang Rp6,25T Diperpanjang 14 Hari
Maya Watono Kini Pimpin InJourney, Ini Profilnya
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram