Inmal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Menilik perdagangan Rabu (4/3), Indeks minus 1,35 persen atau melemah 85,95 poin ke level 6.290.80. Penyokong kejatuhan Indeks itu, saham sektor pertambangan dengan anjlok 2,87 persen, dan keuangan ambrol 1,79 persen. Pelemahan ekuitas global dengan komoditas logam menjadi faktor utama.
?ont-kerning: none;">”Perayaan tahun baru imlek dan menjelang musim dingin berakhir, konsumsi listrik sejumlah pusat bisnis Tiongkok mulai lesu,” tutur Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, di Jakarta, Selasa (2/3).
Penurunan konsumsi listrik dibarengi kebijakan meningkatkan produksi batubara domestik negara-negara tujuan ekspor. Pemerintah Tiongkok dan India;">Sementara itu, mayoritas indeks saham Asia ditutup turun signifikan. Indeks Nikkei anjlok 2,13 persen, Topix tekor 1,04 persen, Hangseng ambles 2,15 persen, dan CSI300 turun 3,15 persen. Koreksi selaras penurunan kontrak berjangka Amerika Serikat (AS).
Penurunan HBA itu, kali pertama lima bulan terakhir setelah mengalami kenaikan signifikan akibat pandemi Covid-19. Tepatnya, pada Oktober 2020 (USD51/ton), November 2020 (USD55,71/ton), Desember 2020 (USD59,65/ton), Januari (USD75,84/ton), dan Februari (USD97,79/ton). "Setelah hampir setengah tahun mengalami reli, HBA mengalami koreksi,” tandas Agung.
Di samping faktor demand and supply, perhitungan nilai HBA diperoleh dari rata-rata empat indeks harga batubara dunia. Meliputi, Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (Ner free rapid test antigen sesuai data email terdaftar pade kode booking.
Related News
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya
BI Kerahkan Empat Instrumen untuk Jaga Stabilitas Rupiah
Membaik, Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II Surplus USD5,9 Miliar